Kejutan, di Bandara Narita Dijemput Kedutaan (2)

Singgah Sejenak di Kantor Kedutaan Jadi Kehormatan
Jayanto Arus Adi
Jayanto Arus Adi

Seperti lagu Minang, 'Semalam di Malaysia' gubahan Saiful Bahri, kali ini saya mengalaminya sendiri. Tak direncana, namun kesempatan itu datang begitu saja. 27 jam kami di Malaysia dan menikmati malam di hotel bintang empat di Sepang, yakni Movinpick. Tak hanya itu gara-gara delay, kami justru sempat singgah beberapa tempat elok di sini.


Pagi-pagi usai sarapan di Hotel Movenpick Sepang kami sempatkan susuri kota ini dan lanjut ke Putra Jaya. Kota yang menjadi pusat pemerintahan Malaysia. Anwar Ibrahim sang Perdana Menteri kantornya juga berada di Putra Jaya. Tak luput semua kantor kementerian juga.

Kantor Anwar Ibrahim lokasinya bersisihan dengan Masjid Agung yang dijuluki Masjid Putra. Kota yang apik, bersih, nyaman untuk jalan-jalan. 

Saya berkesempatn solat di Masjid ini (Putra). Kebetulan saat berkunjung di sana (Masjid Putra) tepat waktu dzuhur.. Alhamdulilah saya dapat ikut sholat dzuhur berjamaah. 

Jadi Ini (sholat dzuhur berjamaah) punya nuansa spiritual tersendiri. Keunikan Masjid Agung, atau Masjid Pink di Putra Jaya adalah arsitekturnya, yakni gabungan Islam tradisional dan gaya modern. 

Pengunjung yang datang cukup banyak, tidak hanya orang Islam, tetapi pemeluk agama lain juga diberi fasilitas. Mereka disediakan jubah serupa jaket dengan kerudung, di punggung ada tulisan khusus. 

Lokasinya dibedakan, untuk pemeluk Islam langsung masuk arena yang biasa digunakan untuk melaksanakan sholat. Sedang non-muslim areanya dibatasi semacam ‘police line’ jadi tidak bisa melintas.

Masih di kompleks pusat pemerintahan, di Putra Jaya juga kita dapat melihat kantor Perdana Menteri dan Kementerian-kemerinterian. Kawasan ini memang diperuntukkan sebagai pusat pemerintahan. Tidak ada pusat belanja, seperti mall, atau tempat bisnis. Jadi sebagai pusat pemerintahan tetap punya marwah dan berwibawa.

Ada danau yang menambah pesona Putra Jaya. Airnya bening waktu siang hari saat cuaca cerah kemilau seperti cermin. Bagi mereka yang punya hoby travleling Putra Jaya bisa menjadi salah satu destinasi pilihan.

Tiba di Narita Dijemput dari Kedutaan

Alhamdulillah, setelah melalu ‘drama’ terdampar di Malaysia, kami dapat terbang ke Narita. Dengan menumpang Batik Air Malaysia, pukul 00.10 waktu Malaysia (Sepang) kami bertolak menuju Negeri Matahari Terbit. 

Ini bukan pertama kali saya pergi ke Jepang, tetapi kunjungan terakhir sudah cukup lama. Jadi rasanya penasaran juga untuk tahu perkembangan yand terjadi.

Sekitar pukul 08.00 waktu Tokyo, kami mendarat di Narita. Informasi sebelum memutuskan melakukan kunjungan terdapat Jepang sedang musim dingin.  

Saya sempat berkontak dengan Atase Perhubungan Ikhsandy, ikhwal kondisi di sana (Tokyo). Bahkan dengan Pak Dubes, Hery Ahmadi saya berkomunikasi via WhatsApp. ‘’Suhu kalau di Tokyo sejuk, sekitar 6-10 derajat. Jadi masih nyaman untuk melakukan aktivitas,’’ujar Pak Dubes.

Legalah kami dapat informasi itu. Pengalaman beberapa waktu lalu saya sempat ke Korea Selatan. Keluar Bandara Incheon suhu minus 3 (tiga) derajat. Situasi itu terasa ekstrem karena di Indonesia tidak pernah mengalami.

Beruntung waktu itu kami ada yang memandu, sehingga sebelum keluar bandara sempat menggenakan jaket, dan longjohn (baju hangat). Meski begitu hawa dingin terasa menusuk tulang, bahkan jari-jari seperti mengalami mati rasa. 

Suprises, kejutan menghampiri. Ini benar-benar luar biasa. Belum lagi melewati ‘Arrivals Gate’ Bang Ikhsndy dari Kedutaan menyapa, ‘’Pak Jayanto!”.  

Ini yang saya sebut ‘kejutan’ karena Bang Ikhsandy didampingi stafnya, Mas Giri menyemput di Narita. Walhasil tak perlu tanya sana-sini alias 'tingak-tinguk', jadi bisa langsung cuzz melaju ke Kantor Kedutaan Besar Indonesia di Tokyo. Jarak Narita – Tokyo sendiri kurang lebih 70 KM. 

Jarak itu cukup lumayan, tetapi jalan yang kami lewati terbilang bagus, tanpa hambatan sehingga tidak sampai satu jam sudah sampai Kantor Kedutaan (Jepang). 

Inilah titik pertama kali tempat kami singgah di Jepang (Kota Tokyo), Setelah fellowship dan menikmati suasana di sana (Kantor Kedutaan) kami melanjutkan agenda eksplore Tokyo. Tetapi sebelumnya kami putuskan berburu Ramen (makan siang). Apalagi waktu sudah menginjak saatnya mengisi perut. Ada pemandangan menarik ketika berburu Ramen. Kita harus antre cukup panjang, sebelum bisa masuk (makan).

Cukup lama juga kami harus ikutan antre, paling tidak 40 menitan. Setelah 'berjuang' ikut mengantre akhirnya waktu yang dinanti tiba. ''Luar biasa, menunya (Ramen) memang benar-benar enak 'Mak Nyuss' sekali. Jadi perjuangan untuk dapat menikmati Ramen asli di jantung Kota Tokyo terbayar juga.

Dari Ramen (makan siang) kami mengunjungi Akasuka Kanon Temple. Destinasi ini populer juga disebut Kuil Sensoji. Ini kuil terkenal dan punya sejarah panjang. Pengunjungnya cukup padat, apalagi saat weekend atau liburan. Tidak kurang dari tiga juta pelancang datang ke sini (Sensoji Temple) setiap tahunnya,

Dari Akasuka kami segera meluncur ke Hotel. Kami sudah booking di Apa Hotel, persisnya Apa Hotel Tokyo, ini jaringan hotel cukup besar di Jepang. 

Ada cerita menarik juga di sini, pengalaman serupa ditinggal pesawat di Kuala Lumpur saya alami di Tokyo. Pihak hotel ternyata sudah menjual kamar yang sudah saya reservasi. 

Sebenarnya kami sudah booking untuk dua malam, tetapi lantaran gagal terbang di Malaysia malam pertama gagal.

Aturan di Jepang kita harus melakukan konfirmasi lagi jika akan melakukan check in. Rupanya biro yang mengurus soal ini tidak melakukannya. Jadi kami tidak bisa check in di Apa Hotel Tokyo malam itu.

Penjelasan pihak hotel, uang juga sudah di-refund ke Agoda. Apa boleh buat, akhirnya kami terpaksa mencari hotel lain. Nasib-nasib usai ‘pengalaman semalam di Malaysia’, kali ini mengalami kisah nyaris serupa di Tokyo. 

Rencana mau eksplore Tokyo pun jadi berantakan. Awal manis dengan kejutan mendapat kehormatan dijemput dari Kedutaan Besar Indonesia di Tokyo harus ada pengalaman ini (gagal check ini) di Apa Hotel (bersambung).