Perempuan di tengah konflik dan pertempuran menjadi isu menarik untuk
diangkat ke layar kaca. Hal itulah yang agaknya juga menarik perhatian
Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton.
- Koordinator Demo Anti Lockdown di Sydney Dipenjara Delapan Bulan
- Kuba Bakal Jadikan Bitcoin sebagai Alat Pembayaran Resmi
- Panitia Olimpiade Tokyo Selidiki Pesta Alkohol Sejumlah Atlet
Baca Juga
Perempuan di tengah konflik dan pertempuran menjadi isu menarik untuk diangkat ke layar kaca. Hal itulah yang agaknya juga menarik perhatian Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Hillary Clinton.
Dia dan putrinya, Chelsea Clinton, melalui perusahaan mereka yakni Hidden Light Productions bersiap untuk memproduksi serial TV berdasarkan eksploitasi pejuang Kurdi perempuan di Suriah, dikutip dari Kantor Berita RMOL.
Sejauh ini, mereka telah memperoleh hak TV untuk buku karya penulis Gayle Tzemach Lemmon yakni "The Daughters of Kobani: A Story of Rebellion, Courage, and Justice" untuk diangkat ke layar televisi.
Buku tersebut bercerita tentang kelompok milisi Kurdi yang semuanya perempuan. Mereka terkenal karena memerangi kelompok militan ISIS di wilayah Suriah utara, dengan bantuan Amerika Serikat.
The Daughters of Kobani adalah kisah luar biasa tentang wanita pemberani dan pemberontak yang berjuang untuk keadilan dan kesetaraan,†kata Hillary Clinton, seperti dikabarkan Russia Today (Selasa, 26/1).
Clinton sendiri diketahui memang memiliki sejarah panjang dengan milisi wanita Kurdi yang juga dikenal dengan akronim YPJ, cabang dari militan Kurdi YPG yang dipimpin pria.
Kelompok tersebut diketahui telah melancarkan konflik intensitas rendah dengan Turki selama lebih dari empat dekade terakhir.
Pada tahun 1990-an, kelompok militan Kurdi dinyatakan sebagai kelompok teroris oleh pemerintahan Amerika Serikat di bawah pemerintahan Bill Clinton, yang juga merupakan suami dari Hillary Clinton.
Pemimpin ideologis kedua kelompok tersebut, yakni Abdullah Ocalan, ditangkap oleh Turki dengan dugaan bantuan dari CIA pada tahun 1999.
Kemudian, saat Hillary Clinton memegang jabatan sebagai Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, dia mengambil peran advokat untuk mempersenjatai YPG dan YPJ selama Perang Saudara di Suriah.
Pejuang YPG serta YPJ juga diketahui mengandalkan dukungan udara Amerika Serikat untuk memukul balik ISIS dari tahun 2016 dan seterusnya.
Di sisi lain, terkait dengan buku yang diadopsi untuk dijadikan tayangan di televisi juga menuai sorotan tersendiri.
Pasalnya, Lemmon adalah peneliti senior di Council on Foreign Relations, yakni sebuah wadah pemikir neokonservatif.
Dia diketahui menentang rencana pemerintahan Donald Trump untuk menarik pasukan Amerika Serikat dari Afghanistan dan Suriah.
- Paus Baru: Mau Memilih Nama Kepausan Apa?
- Xi Jinping Nilai Ekonomi Dunia Sedang Alami Pemulihan yang Menakutkan
- Nigeria Protes ke Indonesia Usai Beredar Video Diplomatnya Dianiaya