Kolaborasikan Tradisi dan Animasi Dalam Mahakarya Goa Kreo

Mahakarya Goa Kreo tahun ini diselenggarakan berbeda oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang karena pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai.


Mahakarya Goa Kreo tahun ini diselenggarakan berbeda oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang karena pandemi Covid-19 yang tak kunjung usai.

Tahun ini cerita Sunan Kalijaga tengah mencari pohon jati untuk dijadikan saka (tiang) Masjid Demak, dan dibantu oleh empat kera di Goa Kreo dilakukan dengan cara virtual menggabungkan tradisi dan animasi.

"Kita coba hal baru, cerita legenda masyarakat di Goa Kreo ini kita kemas dengan animasi dan dikolaborasikan secara tradisi serta diangkat dengan tema kolosal," kata Kabid Kesenian Disbudpar Kota Semarang, Ade Bhakti Ariawan, Kamis (18/2).

Ade mengubah salah satu ballroom hotel, layaknya studio animasi. Para seniman tetap berkarya meskipun tanpa penonton seperti biasanya, dengan memanfaatkan teknologi virtual 3D.

"Kita jembatani seniman untuk berkarya dan kita kemas cerita dari Mahakarya Goa Kreo ini tanpa mengurangi esensi yang ada. Juga tidak melibatkan banyak orang," bebernya.

Menurut dirinya, dengan teknologi tradisi yang ada tetap bisa dijalankan. Intinya seniman tetap berkarya sembari menunggu proses vaksinasi berjalan dan pandemi hilang.

"Kedepan mungkin Dugderan kita angkat dengan konsep yang beda," pungkasnya.