Korban Penembakan: Tidak Ada Perlawanan

Polisi Malaysia: Migran Indonesia Melawan Dengan Sajam
Jenazah Basri Salah Satu Pekerja Migran Indonesia (PMI) Asal Riau Korban Penembakan Aparat Maritim Malaysia Tiba Di Terminal Kargo Bandara SSK II Pekanbaru, Rabu (29/01) Sore. Rizky Armanda/ Tribunpekanbaru.com
Jenazah Basri Salah Satu Pekerja Migran Indonesia (PMI) Asal Riau Korban Penembakan Aparat Maritim Malaysia Tiba Di Terminal Kargo Bandara SSK II Pekanbaru, Rabu (29/01) Sore. Rizky Armanda/ Tribunpekanbaru.com

Jakarta - Kasus insiden penembakan yang dilakukan oleh otoritas kemaritiman Malaysia terhadap 5 orang warga negara Indonesia memiliki perkembangan yang menunjukkan beberapa kesimpangsiuran.

Menghadapi kesimpangsiuran ini, Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) dari Kementerian Luar Negeri Indonesia, Judha Nugraha, menyatakan pihaknya mendorong otoritas Malaysia melakukan investigasi menyeluruh atas insiden internasional ini.

"Termasuk kemungkinan penggunaan kekuatan berlebihan (excessive use of force)," kata Judha dalam keterangan tertulisnya, Rabu (29/01).

Peliputan sebelumnya pada tautan berikut:

Pemutakhiran Korban Penembakan AMPP 

Sebagaimana telah diberitakan oleh RMOLJawaTengah pada (29/01), Kementerian Luar Negeri Indonesia juga telah melakukan akses kekonsuleran dengan menemui empat WNI korban yang sedang dirawat di Rumah Sakit Serdang dan Rumah Sakit Klang, keduanya di Selarong, Malaysia.

Nama para korban disebut sebagai HA dan MZ, dan keduanya sudah dapat diverifikasi. Keduanya berasal dari Provinsi Riau. Korban lainnya yang terluka adalah berasal dari Provinsi Aceh. Beberapa pemberitaan media menyebutkan mereka sebagai Muhammad Hanafiah dan Andry Ramadhana. Kedua korban dari Aceh ini masih dalam kondisi kritis.

HA dan MZ sudah dalam kondisi stabil dari perawatan terhadap luka-luka mereka sehingga dapat memberikan penjelasan mengenai kejadian yang menimpa mereka. Keduanya memberikan pernyataan bahwa mereka tidak melakukan perlawanan dengan senjata tajam terhadap APMM (Agensi Penguatkuasaan Maritim Malaysia).

Dalam pemberitaan media setempat di Malaysia, para pekerja migran ini disebut pekerja ilegal dan memberikan perlawanan. Ada yang menyebutkan para pekerja ini menabrakkan kapal mereka terhadap kapal APMM sebanyak 4 (empat) kali. Ada pula yang menyitir bahwa para WNI ini menyerang para petugas APMM dengan senjata tajam atau parang.

Pihak Kementerian Luar Negeri Indonesia menyebutkan informasi dari Polis Diraja Malaysia (PDRM) perlawanan para pekerja migran Indonesia tersebut membuat para petugas maritim melakukan penembakan.