Tim Penjangkauan Dinas Sosial (TPD) Kota Semarang berhasil mempertemukan kembali seorang anak kepada orang tuanya. Anak tersebut bahkan sudah dikira oleh orang tuanya sudah meninggal karena memang telah lama hilang.
- Jawa Tengah Dapatkan 10 Ribu Alsintan, Pj Gubernur Optimistis Produksi Pertanian Meningkat
- Pemkot Semarang Bersinergi dengan TNI Tanam Jagung
- Puluhan Ribu Warga Batang Laksanakan Salat Idul Adha
Baca Juga
"Orangtuanya tahunya anaknya sudah meninggal. Jadi keluarganya di Cilacap sudah melakukan tahlil (doa bersama) untuk anaknya," kata Kepala Bidang (Kabid) Rehabilitasi Sosial (Rehabsos), Tri Waluyo usai memimpin rapat penanganan Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial PPKS bersama Camat se-Kota Semarang di ruang rapat Dinas Sosial, Rabu (19/1).
Diungkapkan Tri Waluyo, hal ini adalah salah satu keberhasilan reunifikasi atau istilah pemulihan hubungan keluarga di bidang Rehabsos. "Ketika diantar oleh TPD, keluarganya menangis terharu," imbuhnya.
Dirinya juga menyebut TPD ikut mendampingi kasus perempuan yang merupakan warga luar Jawa Tengah yang ditelantarkan oleh suaminya, "Orang Tuanya tidak tahu kalau anaknya ditelantarkan di Semarang. Tahunya ya ikut bersama suaminya, bahagia dengan suaminya," jelasnya.
Selain itu ada sekitar 150 kasus orang tua yang terlantar dalam beberapa bulan terakhir. Ia mengungkapkan dari proses reunifikasi ada beberapa yang gagal dan dipengaruhi oleh beberapa hal. Ia menyebut, adanya penelantaran orang tua di wilayah terutama Kota Semarang diantaranya adalah adanya persoalan keluarga dan juga kurangnya pemahaman tentang agama dan budaya jawa.
"Jadi ada masalah keluarga seperti kurang perhatian dengan anaknya saat kecil sehingga anaknya tidak mau menerima kembali dan mengakui (orang tuanya)," bebernya.
Sementara untuk kasus pengemis di kota Semarang, Koordinator TPD, Dwi Supratiwi menyampaikan pada umumnya mereka yang mengemis di Kota Semarang adalah warga dari luar Kota Semarang. Namun ironisnya, ada salah satu kasus yang ternyata pelakunya memiliki rumah mewah di kampung halamannya, bahkan keluarganya banyak yang sukses menjadi seorang tokoh masyarakat.
"Keluarganya kita hubungi dan mau menjemput ke Semarang dengan Fortuner. Jadi, keluarganya tidak tahu. Anaknya bilang bapaknya kerja di Semarang, tidak mengemis. Ngakunya punya toko elektronik di (supermarket) Ramai, padahal mengemis di depan (supermarket) Ramai," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Seksi Tuna Susila dan Perdagangan Orang (TSPO), Bambang Sumedi mengatakan tujuan gerak bersama di tingkat kecamatan dan kelurahan dalam menertibkan pengemis, gelandangan, dan orang terlantar (PGOT) adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Bambang juga menyebut beberapa kasus pengemisan maupun modus pengemis di kota Semarang. Oleh karena itu dia mengajak adanya inovasi untuk bergerak bersama menjangkau PPKS, "Mari, khususnya Kasi Trantib untuk berinovasi, mengaktifkan dan meningkatkan peran masyarakat," terangnya.
Dalam kesempatan itu dia berharap Camat dapat mengoptimalkan pilar-pilar kesejahteraan sosial dan melibatkan Polsek dan Bhabinkamtibmas serta Koramil dan Babinsa, "Jadi kalau penertiban ini di tingkat kecamatan akan lebih enak, kita bisa patroli, memberikan edukasi masyarakat," ujarnya.
Dengan begitu, lanjut dia, Dinas Sosial dapat mengidentifikasi berbagai permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat untuk mendapat solusi terbaik, "Harapannya, kita bisa mengurangi, menekan angka kemiskinan di kota Semarang," harapnya.
- Batang Teras Pandawa Punya Calon Pengelola Baru, Berani Tawar Rp 712 Juta
- Polisi Amankan 57 Pelanggar Lalu-Lintas, Warga: Knalpot Brong Sangat Mengganggu!
- Harga Sembako Jelang Nataru Naik, Lima Komoditas Jadi Perhatian Tim Pengendali Inflasi