Mahasiswi Ini Ubah Saran Jadi Cuan

Saran dokter untuk mengonsumsi makanan sehat membuka jalan Rida Shafa Salsabila merintis bisnis di bidang kuliner.


Tak diduga saran dokter untuk Rida justru mencetuskan ide berjualan cold pressed juice. Mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Diponegoro tersebut disarankan untuk menghindari segala macam makanan yang mengandung bahan pengawet dan zat-zat tambahan lainnya. Diantaranya mengurangi gula dan mengonsumsi gluten free.

"Alhasil, pola makan sekeluarga juga turut berubah dan beralih mengonsumsi makanan organik. Saat itu, kami merasa kesulitan mencari makanan yang sesuai kriteria yang diperlukan," ujar Pemilik Roots Juicery Rida Shafa Salsabila, Kamis (23/9). 

Seiring memasuki masa pandemi Covid-19, segala aktivitas di rumah mendorong mereka mencari kegiatan bermanfaat sekaligus mendapat pendapatan. Maklum saja, aktivitas daring membuat Rida dan Rafid Abrar Ryanda Putra tidak mendapat uang saku. Sang adik inilah yang membantu Rida dalam merintis bisnis rumahan ini. 

Ide awal penjualan cold pressed juice ini dari kebutuhan pribadi yang setiap hari selalu mengonsumsi berbagai macam olahan jus yang terbuat dari buah segar dan sayur organik untuk mencukupi nutrisi tiap hari. Kemudian, Rida dan Rafif meminjam modal dari orangtua sebesar Rp3 juta untuk belanja bahan baku dan botol. Sedangkan, alat untuk membuat cold pressed juice memanfaatkan yang ada di rumah. 

Lantas apa perbedaan cold pressed juice dan jus biasa? "Pada proses pembuatan jus biasa panas oksidasi dari pisau blender membuat sebagian vitamin dan mineral sayur dan buah yang kita gunakan hilang, sedangkan coldpressed juice menggunakan teknik perasan  secara perlahan sehingga sangat mengurangi panas dari oksidasi," terang Rida.

Mereka membuat produk Roots Juicery dari pesanan yang masuk melali media sosial Instagram @rootsjuicery.smg. Mereka menggunakan sayur organik dari petani organik dari Kopeng. "Sayur dan buah segar karena sangat mempengaruhi rasa," katanya. 

Rida mengklaim produknya sehat dan natural karena tanpa tambahan air, tanpa gula, tanpa pengawet, tanpa pewarna maupun zat-zat tambahan lainnya. Dalam waktu dekat, mereka juga akan mulai memroduksi cookies free gluten dan low gluten. 

"Untuk usaha ini kami mempekerjakan beberapa mahasiswi yang punya waktu luang di tengah kesibukannya kuliah. Kami menyesuaikan dengan jam kuliah masing-masing," ungkapnya.