Mbah Suliyem Punya Dapur Baru Berkat Jaringan Jurnalis

Siang itu, Suliyem (70) tampak haru dengan mata berkaca-kaca. Suaranya tercekat ditenggorokan. Dia tidak mampu mengucapkan sepatah katapun ditengah potong tumpeng acara tasyakuran bersama warga Dusun Worawari Desa Genting Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang.


"Saya tidak bisa berkata apa-apa. Dada saya terasa sesak," kata Suliyem singkat.

Suliyem, nenek sebatang kara yang terpaksa menjual rumah untuk bertahan hidup di hari tua ini tak henti mengucap syukur atas kebahagiaan kecil yang baru saja ia dapatkan.

"Bersyukur sekali sekarang saya punya dapur bersih dan sehat. Kemarin dapur banyak yang rusak, atap bocor kalau hujan air masuk dapur," ujarnya.

Kini perempuan lanjut usia yang akrab dipanggil Mbah Yem ini bisa sedikit tersenyum bahagia menerima kepedulian banyak pihak.

Sebelumnya Suliyem yang dimasa mudanya  merupakan sosok pekerja keras ini punya sedikit cerita malang.

Puluhan tahun  bekerja menjadi pembantu rumah tangga, sebenarnya ia mampu membeli ladang,  membangun kamar mandi dan sedikit menambah biaya pembangunan rumah yang mendapat bantuan bedah rumah dari pemerintah.

Namun semua hasil kerja kerasnya itu tidak cukup untuk menanggung hidupnya dihari tua. Sehingga satu persatu aset  itu ia jual.

"Pertama ladang sudah saya jual buat makan.  Terus sekarang rumah ini saya jual juga laku 17 juta buat makan lagi," ujarnya.

Menjalani hari tua sendirian, Suliyem berusaha kreatif bertahan hidup. Rumah yang dijual kepada ponakannya itu dia minta diangsur tiap bulan Rp500 ribu.

"Uang itu saya pakai buat makan sehari-hari beli lauk pauk. Kalau misal kurang saya masih ada ramban di sekitaran rumah yang saya jual 35 ribu sama tetangga buat makan kambing. Lumayan buat nambah beli lauk," ujar Suliyem.

Sejumlah pohon dengan dedaunan yang subur memang masih tampak menyegarkan sekitar rumah Suliyem.

Rumah kebanggaan warisan orang tua. Rumah  hasil bedah rumah yang belum lama ditempati ini sebenarnya harta satu-satunya yang tersisa. Namun terpaksa ia jual karena kebutuhan hidup terus berjalan.

Agar tidak ludes terjual semua, Suliyem masih mempertahankan dapur kecil di bagian belakang rumahnya. Dapur kecil dan kumuh yang sudah rusak dibeberapa bagian.

Kondisi itu mendorong Jurnalis, MC dan presenter TV Semarang Shinta Ardhan  membuat gerakan peduli Mbah Suliyem.  

Ia gagas gerakan ini untuk memberi perhatian dan memberi kesempatan kepada nenek malang itu agar memiliki kesempatan hidup layak dihari tuanya.

"Terutama punya dapur yang bersih dan sehat. Karena harta Mbah Yem tinggal dapur itu yang  tersisa," ungkap Shinta.

Untuk mewujudkan upaya kecil peduli Mbah Suliyem ini Shinta mengajak jaringannya.

"Sebagian besar  jurnalis peduli kemanusiaan, aktifis perempuan juga sejumlah klien dan pejabat yang perhatian dengan isu kemanusiaan," tambahnya.

Selain Suliyem, aksi peduli lansia pra sejahtera ini juga bisa merambah ke keluarga Paimin (75).

"Saya lebarkan bantuan ke saudara Mbah Suliyem, Mbah Paimin, lansia jompo sakit-sakitan yang mengandalkan anaknya kerja serabutan untuk bertahan hidup," tambah Shinta.

Untuk Mbah Paimin, jaringan peduli yang dimotori Shinta ini dapat membantu renovasi kamar dan dapur.

"Juga melengkapi dengan sedikit perabotan kamar dan tambahan modal untuk menantunya," jelasnya.

Tidak hanya itu, dalam aksinya, Shinta juga selalu melibatkan remaja desanya untuk aktif  berperan dalam gerakan peduli sesama.

"Saya semangat dan senang sekali kalau diajak membantu orang yang kurang beruntung seperti Mbah Yem," ujar Ella salah satu relawan aksi.