- Antisipasi PMK, Disperindag Grobogan Perketat Lalu Lintas Pasar Hewan, Wacana Penutupan Pasar Dibatalkan
- Jawa Tengah Jadi Perhatian BTN
- Musyawarah Provinsi Taekwondo di Jawa Tengah Berujung Kontroversi
Baca Juga
Jawa Tengah, dengan warisan budaya yang kaya dan sejarah yang mendalam, terus menarik perhatian para peneliti dan sejarawan.
Termasuk peran Demak dalam islamisasi Pulau Jawa. Di akhir tahun 2024, sebuah jurnal penelitian tentang tipologi nisan di kawasan inti di Masjid Agung Demak telah dipublikasikan: International Journal of Social Service and Research Vol. 4 No. 11 (2024) dengan judul “DEMAK-PASAI COLLABORATION IN THE ESTABLISHMENT OF JAKARTA: AN ARCHAEOLOGICAL ANALYSIS OF ACEH PASAI TOMBSTONES AT THE GREAT MOSQUE OF DEMAK.”
Hasil penelitian ini membuktikan secara arkeologis bahwa dalam pembentukan kota Jakarta, Demak dan Pasai beraliansi dalam menyongsong Portugis.
Keberadaan tipologi nisan Aceh Pasai model F di Demak menghidupkan kembali narasi sejarah yang diabaikan, menunjukkan bahwa kebersamaan antara Pasai dan Demak memang benar-benar terjadi.
Hubungan antara Demak dan Pasai tidak hanya terbatas pada bidang militer, tetapi juga mencakup perdagangan dan agama. Beras dari Pulau Jawa dijual melalui Pasai, sementara lada dari Pasai dipasarkan ke Jawa melalui Demak.
Penelitian Lanjutan di Demak dan Rembang
Dalam penelitian lanjutan ke kawasan pemukiman awal di Demak, yakni di Desa Karang Mlati Kecamatan Bonang, yang merupakan kawasan awal pemukiman komunitas pendatang, ternyata didapatkan nisan tipologi Pasai era 1380-1400 dengan ujung nisan yang khas pada masa itu.
Hal ini menandakan bahwa kerja sama antara Pasai dan Demak telah ada pada tahun 1380 dan 1400 yang ditandai dengan berdirinya komunitas masyarakat Islam di sana.
Di dekat temuan tersebut juga terdapat nisan Wilwatikta yang sezaman dengan masa Sunan Ampel. Temuan ini menunjukkan bahwa Demak juga memiliki konektivitas ke kawasan Majapahit untuk memasarkan komoditas berasnya pada era 1515 sampai 1550an.
Identifikasi nisan di lapangan dilakukan oleh Sariat Arifia, Jayanto Adi, dan Kyai Aslim Akmal dari Kudus, setelah mendapat berita dari Gus Yaqeen tentang aktivitas pemuda Mas Taufik yang suka mengunjungi makam-makam tua.
Selain itu, ada temuan lain di dalam kompleks Nyi Ageng Maloko yang akan memperjelas peta sejarah masuknya Islam di kawasan Jawa Tengah. Nisan-nisan yang ditemukan memperkuat bukti-bukti arkeologis tentang penyebaran Islam di Demak dan hubungan erat antara berbagai kerajaan di Jawa dan Sumatra.
Menyongsong Era Historiografi Baru
Menatap ke depan, Jawa Tengah di tahun 2025 menghadapi pertanyaan penting: Apakah kita siap menyongsong era historiografi baru tentang masuknya Islam di Pulau Jawa?
Setiap penelitian sejarah membawa paradigma baru dan hasil yang sering kali mengubah pemahaman kita sebelumnya. Sejarah bukanlah sesuatu yang statis; ia terus berkembang seiring dengan penemuan baru.
Contohnya, temuan terbaru di Demak dan Rembang ini membuka babak baru dalam historiografi Islam di Jawa tengah, yang sebelumnya mungkin belum banyak diperhatikan.
Yang perlu kita pikirkan adalah sebagaimana misi negara yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dapat di rasakan oleh Masyarakat secara luas.
Betapa pentingnya penelitian sejarah dalam mengungkap kebenaran yang mungkin telah tersembunyi sepanjang waktu dan patut di duga kuat di sembunyikan dalam historiografi yang di bentuk oleh penjajahan. Kita mungkin sudah Merdeka, namun sejarah kita masih warisan kolonial.
Mengajak Masyarakat untuk Mendukung Penelitian
Kesadaran masyarakat tentang pentingnya penelitian sejarah harus ditingkatkan. Temuan-temuan ini tidak hanya memperkaya pemahaman kita tentang masa lalu tetapi juga membantu membentuk identitas budaya kita.
Dukungan terhadap penelitian arkeologis dan sejarah sangat diperlukan untuk memastikan bahwa warisan budaya kita tidak hilang dan terus dipelajari oleh generasi mendatang.
Penelitian lebih lanjut diharapkan dapat mengungkap lebih banyak lagi tentang peran kunci Demak dan jawa tegah dalam sejarah Islam di Indonesia.
Dengan semangat komunitas yang peduli terhadap warisan budaya dan sejarah, Jawa Tengah siap menyongsong masa depan yang penuh harapan dan pengetahuan.
Peter Carey seorang sejarawan, mengemukakan fakta bahwa orang orang Indonesia termasuk sangat sedikit menulis tentang sejarah dirinya sendiri.
Hal ini harus kita jawab dengan memberikan tulisan hasil penelitian otentik yag membawa kebanggaan bagi kita semua dan jangan pernah takut unutk menerima sejarah baru di depan.
Mari kita bersama-sama mendukung upaya ini dan menjaga agar sejarah kita yang ditulis ditemukan oleh diri kita tetap hidup dan relevan di masa depan.
- Jelang Pelantikan, Cabup Terpilih Harno Jalani Tes Kesehatan di RSUD Rembang
- 20 Persen Dana Desa 2025 Dialokasikan untuk Ketahanan Pangan Tematik
- Pemkab Rembang Prioritaskan Pembebasan Lahan Tahap II Rencana Pembangunan Embung Kaliombo