Keberadaan sejumlah industry rokok kretek yang kini masih berdiri dan beroperasi sekaligus menjadi penopang perekonomian masyarakat di Kudus, tak mengherankan jika salah satu kabupaten di Jawa Tengah ini dikenal sebagai Kota Kretek.
- Dalam Tradisi Tubo, Ribuan Warga Grobogan Berebut Ikan Di Sungai
- Pemkot Solo Terus Pantau Perkembangan Kasus PMK Kerbau Bule
- BPK Jateng Perkirakan Prasasti Kuno di Rembang dari Tahun 1876
Baca Juga
Kini untuk mengingatkan kembali sejarah industri rokok kretek yang kali pertama diciptakan Haji Djamhari di akhir abad ke-19 atau sekitar tahun 1870-an, digelar Festival Kali Gelis “Kretek Pulang ke Rumah #2”.
Dengan festival ini diharapkan membangun atmosfir tentang Kota Kudus dalam balutan sejarah kretek. Kretek menjadi pilihan tepat yang menjadi identitas Kota Kudus, serta mempengaruhi perilaku dan budaya masyarakat setempat.
Agenda festival ini juga melibatkan UMKM, komuntas hobi serta stake holder penggerak ekonomi dan kebudayaan di Kudus. Secara khusus melibatkan stake holder yang ada di episentrum sejarah kretek, yaitu masyarakah Desa Langgardalem Kudus.
Festival Kali Gelis ini juga mendapat dukungan penuh dari pihak Kelurahan Langgardalem. Dukungan ini disampaikan Muhammad Khoirul Amin selaku Kepala Desa Langgardalem.
“Kami mendukung dan berharap Festival Kali Gelis dilakukan secara regular di Desa Langgardalem. Karena sejarah industri kretek diawali dari Desa Langgardalem oleh Mbah Nitisemito yang peninggalannya hingga kini masih ada,” ujar Khoirul.
Ia berharap festival itu menjadi event tahunan yang tentunya dapat menjadi pengembangan wisata sejarah kretek di Kudus khususnya di wilayah Desa Langgardalem.
Untuk diketahui, Festival kali Gelis 2024 adalah kelanjutan agenda “Kretek Pulang ke Rumah 2023”. Acara itu diselenggarakan oleh Kudus Tobacco Lagacy dan Republik Tembakau Akar Roemput (RTAR) yang bertujuan Nguri-uri budaya kretek di Kudus.
Festival Kali Gelis mempromosikan tentang keberadaan situs-situs bersejarah di Kudus. Selain menguatkan Kudus sebagai kota kretek, juga untuk penyadaran masyarakat tentang permasalahan cukai dan industry tembakau.
“Kami memandang Festival Kali Gelis yang berangkat dari inisiatif masyarakat patut didukung oleh Bea Cukai,” ujar Sandy Hendratmo selaku Kepala Seksi Penyuluhan dan Layanan Informasi Kantor Bea Cukai Kudus.
Sany berharap sinergi Bea Cukai dengan masyarakat yang muncul dari akar rumput, dapat membangun penyadaran bahwa cukai hasil tembakau adalah salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam bela negara.
Festival Kali Gelis juga dimeriahkan lelang peninggalan Nitisemito dan barang-barang eksklusiv RTAR. Kemudian kunjungan rintisan perkebunan tembakau di Lereng Gunung Muria, serta resik-resik Kali Gelis.
- Kudus, Jadi Wakil Indonesia Dikancah Internasional
- Festival Pager Mangkok Jadi Wadah Pelajar Kudus Bereksplorasi Seni
- Warga Kudus Luka, Dua Rumah dan Satu Sekolah Rusak