Merasa Tidak Mendapat Hak, Belasan Mahasiswa Unnes Tuntut Pengembalian UKT

Belasan mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes), menggelar aksi demonstrasi di depan gedung rektorat Unnes.


Mereka menuntut untuk bertemu rektor Unnes, Prof. Fathur Rokhman. Tuntutan tersebut mereka sampaikan lantaran para mahasiswa ingin menyampaikan aspirasi terkait Uang Kuliah Tunggal (UKT).

"Kami sudah beberapa kali meminta adanya audiensi secara langsung sejak bulan Maret. Namun hanya bisa teleconference melalui Zoom bersama rektor. Itupun belum menemukan titik terang. Kami dijanjikan audiensi ulang, namun sampai saat ini tidak ada," kata Wakil Presiden Mahasiswa Unnes, Didik Armansyah, Selasa (2/6).

Menurut Didik, kajian yang dibuat pihaknya merupakan hasil riset mahasiswa selama pandemi ini. Pihaknya mencatat beberapa poin yang dijadikan rekomendasi kepada rektor Unnes.

"Kami minta adanya transparansi, pengembalian UKT kami, penyesuaian UKT mahasiswa terdampak, evaluasi kuliah daring, jaminan tidak ada pengeluaran tambahan bagi mahasiswa baru, dan menjalankan poin yang diatur majelis rektor," papar dia.

Didik menambahkan, tuntutan pengembalian UKT tersebut didasari pada kondisi saat ini. Dia menilai mahasiswa tidak bisa mendapatkan hak belajar sesuai UKT yang dibayarkan.

Maka itu, pihaknya meminta rektor mengembalikan UKT tersebut sesuai tuntutan mahasiswa. Menurut dia, jika sebagian UKT itu dikembalikan akan sangat berguna bagi biaya hidup keluarga.

"Kami meminta UKT turun ini bukan hanya tuntutan secara ekonomi, namun juga kita bahas mengenai kemanusiaan. Betapa pentingnya uang untuk bertahan hidup keluarga di masa pandemi ini," tandas dia.

Menambahkan salah satu koordinator Aliansi Mahasiswa Unnes, Frans Napitu, mengatakan mahasiswa hanya mengikuti kegiatan kuliah selama dua minggu. Selebihnya, kegiatan belajar mengajar dilakukan secara daring di rumah masing-masing.

Padahal, UKT yang dibayarkan sudah secara tuntas di awal. Oleh karenanya, Frans menilai mahasiswa tidak mendapatkan haknya secara utuh.

"Kami tuntut keadilan. Kami tidak merasakan hak yang seharusnya kami dapatkan," tambahnya.

Lebih jauh, Frans menegaskan aksi yang digelar bukan merupakan aksi yang ditunggangi kepentingan politik. Menurutnya, aksi ini merupakan aksi murni menuntut keadilan hak mahasiswa.

Dia juga menyinggung terkait demokrasi yang tidak sehat di Unnes. Kata dia, banyak mahasiswa dan dosen yang mengalami intimidasi dan represi apabila menyuarakan aspirasi mereka.

"Kami tidak ada kepentingan politik di sini. Kami murni menuntut keadilan. Dan kami meminta tidak ada represi terhadap mahasiswa dan dosen yang menyuarakan aspirasi," tutup dia.