Di masa-masa ini Partai Golkar sangat membutuhkan sosok Ketua Umum yang mumpuni dalam segala sektor, mulai dari penguasaan organisasi sampai dengan pendekatan ke akar rumput untuk menyambut aspirasi rakyat.
- Sebut Dirinya Paling Tertib Hukum, Cabup Sam’ani Hadiri Pemanggilan Klarifikasi Bawaslu Kudus
- Sebelum Nyoblos, Jekek Sempatkan Menyapa Para Tetangga
- Akhir Pekan, KPU Grobogan Terima Karangan Bunga Papan
Baca Juga
"Golkar membutuhkan pemimpin yang mampu mengaktualisasikan visi karya dan kekaryaan dengan semboyan 'suara Golkar suara rakyat'," kata Wakil Ketua PP Bakumham Partai Golkar, Muslim Jaya Butarbutar, seperti dilansir Kantor Berita RMOL, Jumat (16/8).
Muslim menyebut, kontestasi kepemimpinan di partai Golkar berlangsung dengan sangat demokratis. Golkar solid dan memiliki banyak kader mumpuni yang dapat diandalkan pada segala bidang.
Pada pemilihan ketua umum pada Musyawarah Nasional (Munas) Golkar yang dijadwalkan akhir 2019, faktor kepemimpinan sangat ditentukan oleh kapasitas dan kapabilitas kader.
Pada masa-masa ini, Golkar sangat membutuhkan sosok ketum yang mumpuni dalam segala sektor, mulai dari penguasaan organisasi sampai dengan pendekatan akar rumput untuk menyambut aspirasi rakyat.
"Dan semua itu ada pada diri Ketum Airlangga," ujar Muslim.
Muslim memandang, Airlangga yang merupakan petahana adalah sosok santun dalam berpolitik. Ia telah banyak berbuat dan bekerja untuk Golkar. Terbukti, partai beringin mampu berada di posisi kedua pada Pileg 2019.
Dalam masa kepemimpinan yang sangat singkat sekitar satu setengah tahun sejak dikukuhkan pada Munaslub 2017 lalu, Airlangga mampu menggerakkan mesin partai, melakukan konsolidasi organisasi, serta memperjuangkan kader-kader Golkar menang dan duduk sebagai kepala daerah pada Pilkada serentak 2018.
Airlangga juga mampu merangkul semua kekuatan stake holder Golkar untuk berjuang keluar dari situasi yang sulit dimana partai mengalami beberapa turbulensi hebat menjelang Pemilu 2019.
Muslim Jaya membantah penilaian pengamat politik, Haris Rusly Moti yang menyebutkan Airlangga yang berlatar belakang pengusaha sebaiknya fokus sebagai Menteri Perindustrian saja.
"Itu statement mengigau," ujar dia.
Muslim menyindir, Haris sebaiknya tidak mengomentari sesuatu yang dia tidak pahami. "Dia hanya meraba-raba sosok Airlangga yang berproses dari ormas pendiri partai."
Kritikan Haris, bahwa Airlangga tak punya talenta karena jarang tampil di media dan berbicara di publik juga dijawab Muslim Jaya. Sosok pemimpin yang dibutuhkan Golkar saat ini adalah sosok yang mampu merangkul stake holder dengan baik, dan berkarakter pemimpin bukan pemain.
"Komentar Haris terhadap Airlangga itu adalah analisis yang dangkal, sumir dan cenderung tendensius. Sebaiknya Haris masuk Golkar saja supaya paham akan kepemimpinan Airlangga," ucap dia.
Muslim menambahkan, sebagai ketum, Airlangga sangat paham kapan harus berbicara lantang, kapan harus berbuat dan berjuang. Terbukti hasilnya dirasakan bersama oleh kader dimana Golkar mampu mencapai peringkat dua besar dalam Pemilu 2019.
"Jadi jelas Haris belum mengenal Golkar secara utuh, dan tidak mengetahui kapasitas dan kapabilitas Airlangga sebagai Ketum," terang dia.
Muslim Jaya menambahkan, Airlangga sudah teruji dan matang sebagai anggota DPR dan menteri. Kerja nyatanya tanpa banyak bicara terbukti mampu membawa Golkar tetap berada di jajaran partai papan atas.
Muslim melihat, dengan prestasi cemerlang dan kualitas yang ditunjukkan Airlangga selama ini, sesungguhnya Golkar sangat membutuhkannya sebagai pemimpin.
"Untuk dapat melanjutkan periodesasi dalam momentum Munas ke depan dan mengembalikan tradisi Golkar sebagai pemenang Pileg dan Pilpres," tutupnya. [fak]
- Resmi, Yuli Hastuti-Dion Agasi Bupati dan Wakil Bupati Purworejo Terpilih
- Deklarasi Gajahmada RI Didukung 98 Elemen Masyarakat Siap Menangkan Ganjar-Mahfud di Solo
- Lagi, Anggota KPPS Meninggal Usai Melaksanakan Tugas