Nelayan Tambak Lorok Minta Pemerintah Buatkan Pemecah Gelombang

Para nelayan di Muara Kali Tambak Lorok Semarang Utara meminta untuk dibuatkan pemecah gelombang.


Ketua Kelompok Nelayan Tambak Lorok, Hartono mengaku, pembangunan sheetpile saja dirasa masih belum cukup membuat para nelayan bisa hidup tenang terlebih saat musim barat tiba. 

"Kami sampaikan terima kasih dibangunkan sheetpile. Tapi, masih ada kekurangan. Setiap datangnya musim barat di wilayah Tambaklorok membawa musibah yang tidak sedikit jumlahnya," kata Hartono saat sesi dialog bersama Komisi IV DPR RI dan Wali Kota Semarang.

Hartono menyampaikan, saat ini ada 23 perahu mengalami kerusakan ringan hingga berat diakibatkan angin musim barat terjadi tahun lalu.

Pihaknya mengaku, sudah membuat proposal pembangunan pemecah gelombang sejak April 2021. Namun, pembangunan pemecah gelombang belum masuk dalam rencana pembangunan sheetpile saat ini sedang berlangsung. 

"Kemarin saya lihat gambar peta yang ada di proyek, ternyata sampai sekarang gambar pemecah gelombang di Muara Kali Tambaklorok tidak ada. Maka, saya mohon agar pembangunan pemecah gelombang bisa terlaksana," tuturnya. 

Dia mengatakan, para nelayan tidak akan merasa khawatir saat angin musim barat dengan pemecah gelombang. Selama ini, akunya, para nelayan selalu menjaga perahu mereka saat angin musim barat tiba. 

"Tiap musim barat, Desember dan Januari, kami tidur di bantaran milik BBWS Pemali Juana untuk menjaga perahu," ungkapnya. 

Nelayan Tambak Lorok lainnya, Yazin juga mengungkapkan hal serupa. Dia berharap, pembangunan pemecah gelombang bisa segera terealisasi agar para nelayan bisa hidup aman dan nyaman. 

"Perahu untuk kehidupan tiap hari. Kami merasa tatakala bulan tertentu banyak masyarakat yang tidak bisa tidur. Bukan karena lapar tapi mikir harta benda yang untuk mencari ekonomi," ungkapnya. 

Selain itu, ia juga berharap pemerintah bisa melakukan pengurangam sedimen di muara kali yang menjadi akses masyarakat melaut. Pasalnya, sedimen yang tinggi membuat manuver perahu cukup sulit. 

"Pengendapan tanah, sedimen agar dikurangi agar perahu bisa manuver habis dari melaut," jelasnya.