China siap memberi balasan serius jika boikot atas Olimpiade Beujing 2022 benar-benar terjadi. Itu menjawab aksi sejumlah politisi AS dan tokoh anti-China yang terus berusaha mengembuskan isu boikot terhadap Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022.
- 58 Crosser Nasional Berlaga di Ajang Trial Game Dirt 2024 di Semarang
- PSSI Kota Semarang Taklukkan Tuan Rumah Jepara 3-0
- Empat Tim Catatkan Kemenangan di Pekan 12 Sukun U17 League, Songo Joyo Telan Kekalahan
Baca Juga
China siap memberi balasan serius jika boikot atas Olimpiade Beujing 2022 benar-benar terjadi. Itu menjawab aksi sejumlah politisi AS dan tokoh anti-China yang terus berusaha mengembuskan isu boikot terhadap Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022.
Para pakar di China menilai, pemboikotan akan berdampak buruk, apalagi jika pemboikotan didasari oleh isu pelanggaran HAM di Xinjiang yang sama sekali tidak berdasar.
Para ahli mengingatkan, AS perlu berpikir dulu untuk melancarkan boikot besar-besaran terhadap Olimpiade Beijing bersama dengan sekutunya, karena setiap tindakan boikot terhadap Olimpiade Beijing akan menghadapi pembalasan dari China.
Lu Xiang, seorang peneliti studi AS di Akademi Ilmu Sosial China, mengatakan kepada Global Times bahwa 'rencana boikot' itu salah. China telah merilis lebih banyak fakta untuk menanggapi stigmatisasi."
"Dua atau tiga bulan kemudian, orang-orang Barat yang ingin menstigmatisasi China akan bosan, dan kebohongan mereka akan menjadi semakin tidak meyakinkan. Tidak banyak negara yang akan menjadi pengikut AS, jika benar-benar mencoba memboikot Olimpiade ini," kata Lu, dilansir Kantor Berita Politik RMOL
Baru-baru ini, China telah mengundang lebih banyak diplomat dan delegasi asing untuk mengunjungi Xinjiang sebagai langkah untuk melawan serangan rumor yang diluncurkan oleh media Barat, organisasi non-pemerintah, dan politisi.
"Boikot akan dikritik oleh Komite Olimpiade Internasional, dan akan dibalas secara serius oleh China," kata Lu.
Para sekutu AS juga tidak akan begitu saja bergabung dengan rencana tersebut. Sebagai bukti, menurut Reuters, Jepang tidak dalam pembicaraan dengan AS tentang kemungkinan boikot Olimpiade Musim Dingin Beijing, mengutip pernyataan juru bicara pemerintah Katsunobu Kato pada Rabu (7/4).
Lu mengatakan, banyak negara Eropa juga tidak mau memboikot permainan tersebut karena China menjadi pasar yang meningkat untuk produk olahraga musim dingin, dan sebagian besar pembuat utama produk tersebut berasal dari Eropa dan Amerika Utara.
"Para pembuat keputusan Barat tidak mungkin meninggalkan kepentingan ini hanya karena kebohongan tentang Xinjiang," kata Lu.
Beberapa sarjana AS seperti David Lampton, profesor dan direktur Studi China di Sekolah Studi Internasional Lanjutan Johns Hopkins, juga percaya bahwa boikot bukanlah ide yang baik.
Dalam sebuah artikel yang baru-baru ini diterbitkan di Newsweek yang berjudul 'Jangan Boikot Olimpiade Musim Dingin Beijing 2022', Lampton mengingatkan peristiwa di mana AS gagal mengajak semua sekutunya untuk bergabung memboikot Olimpiade Moskow Uni Soviet pada 1980. Sekutu AS yang menolak termasuk Inggris, Prancis, Yunani dan Australia, meskipun 65 negara lain setuju untuk melakukannya.
"Sebagian besar negara akan berpartisipasi dalam Olimpiade Musim Dingin 2022… Satu perbedaan utama antara sekarang dan 2008 adalah bahwa China saat ini terasa jauh lebih kuat secara diplomatik dan ekonomi daripada yang terjadi lebih dari satu dekade lalu," tulis Lampton. [sth]
- Yoyok Siap Pertaruhkan Harga Diri demi PSIS
- Diduga Mau Bajak Pemain, ASTI Kudus Berhentikan Tiga Pelatih
- Nonton Bareng Piala AFC U 23 Meriah, Pj Bupati Kudus: Jika Timnas Menang Siap Nobar Lebih Meriah