Para Siswa SLB Negeri Batang Mulai Belajar di Kelas

Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Kabupaten Batang mulai melaksanakan simulasi pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas. Sejumlah siswa dari jenjang Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) mulai masuk kelas.


Sebelum masuk, para siswa berkebutuhan khusus itu diminta untuk mencuci tangan dan memakai hand sanitizer. Para siswa juga memakai masker.

"Proses PTM Terbatas ini memang sudah menjadi harapan dari wali murid," kata kepala SLB Negeri Batang, Sujarwo, Senin (27/9).

Ia mengakui, bahwa metode pembelajaran jarak jauh (PJJ) tidak efektif untuk pembelajaran bagi siswa SLB. Pembelajaran tatap muka diperlukan untuk para penyandang disabilitas.

Sujarwo menjelaskan pihaknya melakukan beberapa metode untuk memberi materi pada anak didiknya. Metodenya antara lain mendatangi siswa, atau memanggil siswa secara individual.

"Bahkan jika perlu datang malam, guru kami bersedia ke sana. Kayak les privat. Yang jelas metode apapun kami selalu menerapkan protokol kesehatan," ucapnya.

Sujarwo mengatakan, simulasi PTM terbatas sudah berlangsung dalam seminggu. Lalu, satu minggu kemudian akan ada evaluasi.

"Kami berharap PTM bisa berlangsung secara penuh, karena maksimal jumlah siswa kami hanya 11 orang," jelasnya.

Pengawas dari kantor cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (dindikbud) Jawa Tengah wilayah XIII, Susi Sudiarti mengatakan, ada delapan SLB yang melakukan simulasi. Pihaknya melakukan evaluasi terkait pelaksanaan PTM dengan protokol kesehatan ketat.

Ia mengatakan, simulasi dilakukan selama dua minggu. Lalu, simulasi PTM berhenti selama dua minggu.

"Setelah itu akan ditentukan apakah mereka bisa melanjutkan PTM atau tidak. Selama masa evaluasi akan kami pantau ada gak siswa yang terpapar Covid-19 atau tidak," tuturnya.

Ia mengatakan, baik SLB maupun sekolah umum memberlakukan batasan peserta didik yang hadir maksimal 50 persen. Untuk SLB, jumlah siswa maksimal dalam satu kelas yaitu lima orang.

Untuk SLB pihaknya memberi kelonggaran untuk aturan social distancing. Sebab, pemerintah menyadari kondisi para siswa SLB.