Bermula dari kepeduliannya terhadap nasib anak-anak yatim piatu. Aiptu Herman Handoko, Kanitsamapta Polsek Adiwerna, Polres Tegal, bersama empat rekannya, Aiptu Heri Widiyanto, Aiptu Kardiyanto, Aiptu Budi Wijakyono, dan Aiptu Agung Puji Setiawan, berinisiatif mendirikan sebuah pondok pesantren (ponpes).
- Oei Tiong Ham, Tokoh Tionghoa Semarang yang Jadi Pengusaha Terkaya Asia Tenggara
- Kado Kue Tart Dandim dan Penjabat Bupati Kudus Warnai Hari Bhayangkara ke 78
- Yongkie Tio Sang Legenda Hidup Semarang Yang Bersinar Dengan Kunci Hidup Sederhana
Baca Juga
Hebatnya, tak hanya itu, mereka juga aktif mengajar di Ponpes Yatim Piatu Nuuruddaaroin yang berada di Kelurahan Procot, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal.
Sejak tahun 2018, Aiptu Herman secara rutin memberikan materi wawasan kebangsaan dan pendidikan karakter kepada para santri di luar tugas kepolisian seperti patroli, pengaturan lalu lintas, penjagaan, dan pengawalan.
“Ini bertujuan untuk membentuk pribadi santri yang tidak hanya taat dalam beragama, tetapi juga memiliki kesadaran dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Aiptu Herman. Sabtu (10/5)
Salah satu pengasuh pondok, Kyai M. Abdul Kholik, S.H. menjelaskan Aiptu Herman sudah aktif terlibat dalam kegiatan ponpes sejak tahun 2010
“Pak Herman adalah salah satu pendiri. Dulu kami memulai dari kegiatan pengajian kecil di majelis taklim sekitar tahun 2010 hingga 2017, sebelum akhirnya sepakat untuk membangun pondok pesantren khusus anak yatim piatu secara swadaya yang berdiri di atas tanah wakaf,” tuturnya.
Hingga kini jumlah santri terus bertambah. Dari yang pada awalnya hanya 20 santri, kini telah mencapai 75 santri yang seluruhnya tinggal di lingkungan pondok.
“Kami merawat anak-anak yatim dari awal pondok berdiri sebanyak 20 santri hingga sekarang sudah 75 santri dan semua tinggal di Pondok Pesantren. Harapan kami kepada mereka, mendapatkan ilmu yang bermanfaat, agar tetap bisa berkarya dan bermanfaat.” harap Aiptu Herman.
Para Santri yang mondok diberikan pendidikan secara gratis, lengkap dengan fasilitas pembinaan keagamaan dan keterampilan. Program keagamaan meliputi hafalan Al-Qur’an, kajian kitab, dan hadrah. Sementara program keterampilan mencakup pelatihan memasak dan pengelasan.
“Adapun untuk kegiatan operasional kami menyisihkan sebagian gaji sebagai bentuk komitmen untuk membesarkan pondok,” jelas Aiptu Herman.
Salah satu santri, Moh. Arifin, mengungkapkan rasa syukurnya bisa belajar di pondok tersebut.
“Kami belajar di sini secara gratis, bahkan dapat uang saku, tempat tinggal, makanan bergizi, dan bisa memakai banyak fasilitas yang ada di Ponpes Nuuruddaaroin,” ujarnya.
Dukungan terhadap pondok juga datang dari Kapolres Tegal, AKBP Bayu Prasatyo, yang menjadi salah satu bapak asuh di pondok pesantren tersebut.
“Kami mendukung penuh Ponpes Nuuruddaaroin di Procot, Slawi, untuk mencetak generasi penerus bangsa yang berakhlak dan bermanfaat bagi sesama,” pungkas Kapolres.
- Samapta Polres Tegal Rutin Patroli Sisir Wilayah Rawan
- Polres Tegal Beberkan Kronologi Kasus Pembunuhan Tragis di Dukuhbenda
- Periksa Anggota, Polres Tegal Tegakkan Disiplin Personel