Sebuah penelitian yang dilakukan pusat penelitian Belanda menemukan
bahwa penerima suntikan vaksin AstraZeneca lebih banyak mengalami efek
samping, seperti kasus pembekuan darah, daripada vaksin jenis lainnya.
- Ombudsman RI Perwakilan Jateng Minta Pemkot Semarang Perbaiki Pengelolaan Limbah Vaksinasi
- Posyandu di Perum Tamut Tingkir Salatiga Kini Terintegrasi
- Ahmad Luthfi Pastikan Pelayanan Publik Dan Kesehatan Berbasis Desa Berjalan Optimal
Baca Juga
Sebuah penelitian yang dilakukan pusat penelitian Belanda menemukan bahwa penerima suntikan vaksin AstraZeneca lebih banyak mengalami efek samping, seperti kasus pembekuan darah, daripada vaksin jenis lainnya.
Seperti diberitakan dari Kantor Berita RMOL, mereka juga mengatakan studi itu harus dikaji lagi dan perlu penelitian lebih lanjut.
"Peningkatan tak terduga dalam jumlah orang yang menunjukkan berbagai jenis pembekuan darah setelah diberi dosis pertama vaksin AstraZeneca Covid-19 memerlukan lebih banyak penelitian," kata Pharmacovigilance Center Lareb dalam rilisnya, seperti dikutip dari NL Times, Senin (3/5).
Selain munculnya keluhan gumpalan darah, Lareb telah menerima banyak laporan kasus di luar dugaan untuk pembekuan lainnya, seperti trombosis vena dalam dan emboli paru.
Data yang dikumpulkan menunjukkan, dari empat juta vaksinasi, jumlah laporan efek samping di antara orang yang divaksinasi dengan AstraZeneca satu setengah kali lebih tinggi dari yang diperkirakan.
Namun, ini saja tidak cukup untuk menyimpulkan adanya hubungan antara vaksin dan kasus pembekuan darah tertentu. Dalam tingkat yang lebih tinggi dari mereka yang telah divaksinasi, adalah orang-orang yang lebih mungkin berisiko lebih tinggi mengalami kejadian pembekuan darah. Itu termasuk mereka yang berusia lanjut, dan orang-orang yang mengalami obesitas.
Setelah sekitar satu juta suntikan vaksin AstraZeneca diberikan di Belanda, total 150 kejadian pembekuan darah dilaporkan, dimana 136 di antaranya dianggap serius. Empat orang dilaporkan meninggal hingga 14 April. Pasien mengalami stroke sebanyak 42 kali, 38 kasus emboli paru, dan 24 kasus trombosis vena dalam.
Selain itu, terdapat 63 peristiwa trombo-emboli lainnya. Kasus tersebut termasuk sembilan orang yang memiliki kombinasi bekuan darah dengan jumlah trombosit yang rendah. Ini adalah efek samping langka dari vaksin.
Lareb menerima 399 laporan trombosis yang telah divaksinasi. 249 kasus lainnya teridentifikasi di antara tiga juta orang yang menerima vaksin Pfizer / BioNTech atau Moderna. Pada kedua kelompok tersebut, jumlah kasus pembekuan darah yang dilaporkan tidak sebanyak efek yang ditimbulkan AstraZeneca.
"Banyak ketidakpastian, seperti seberapa sering bentuk trombosis ini terjadi pada populasi umum," kata mereka.
Dikatakan juga bahwa jumlah laporan meningkat setelah berita pertama keluar terkait kekhawatiran terhadap vaksin AstraZeneca.
Reaksi terhadap vaksin ini ditemukan pada total dua belas orang di Belanda, semuanya berjenis kelamin wanita berusia antara 23 dan 65 tahun. Satu dari 12 orang tersebut dilaporkan telah meninggal dunia.
- Indonesia Masuk Rekomendasi Perjalanan dengan Risiko Penularan Covid-19 Rendah
- DKK Salatiga Tetap Sidak Penjualan Obat Cair Berbahaya
- Antisipasi Meluasnya PMK, Dispertan PP Karanganyar Ajukan 10.000 Vaksin