Masyarakat Dusun Medang, Desa Banjarejo, Kecamatan Gabus menggelar tradisi unik, yakni perang cendol dawet. Tradisi tersebut dilakukan sebagai permohonan agar hujan segera turun di wilayah Kabupaten Grobogan, khususnya di desa tersebut.
- Dua Balita Dapat Hadiah Sepeda Dari Wawali Solo Usia Jalani Isoman
- Perum Jasa Tirta I Tebar 25 Ribu Bibit Ikan Nila di Waduk Delingan Karanganyar
- 40 Bhiksu Thudong akan Bermalam di Kelenteng Liong Hok Bio Magelang
Baca Juga
Tradisi tersebut dilaksanakan di salah satu tempat leluhur masyarakat setempat, yang dikenal dengan pasujudan Ajisaka. Sebelum tradisi perang dimulai, sesepuh desa setempat terlebih dahulu melakukan ritual doa.
Ratusan warga yang menanti ritual perang berteduh di bawah pohon Trembesi tak jauh dari lokasi. Mereka menyiapkan dawet dari rumah mereka masing masing menggunakan ember, plastik, tempat air minum, dan lainnya.
Setelah doa selesai, tanpa aba-aba warga langsung berhamburan saling serang menggunakan cendol. Pakaian mereka pun basah kuyup terkena cendol.
“Tujuan dari tradisi perang cendol ini, bertujuan memohon agar hujan segera turun. Sedangkan, cendol dawet dalam tradisi tersebut hanya merupakan sarana dalam acara tersebut," kata Busroni, Juru Kunci Pasujudan Ajisaka, Jumat (3/11).
Busroni mengatakan, kekeringan terjadi sudah lebih dari enam bulan sehingga ketersedian air bersih bagi masyarakat semakin menipis.
Tradisi perang cendol dawet tersebut selalu dilakukan warga saat kemarau panjang melanda desa. Sesuai tradisi, kegiatan dilaksanakan pada hari Jumat Pon.
"Ini inisiatif warga. Sejak saya masih kecil tradisi ini sudah dilakukan. Semoga hujan segera turun di desa kami. Sehingga petani bisa cepat bercocok tanam," ungkapnya.
- Pemkot Bantu Rehab Rumah Tak Layak Huni
- Umat Buddha Sakralkan Api Dharma di Candi Mendut
- Diskominfo Kota Semarang Lakukan Pendataan Ulang CCTV di Berbagai Wilayah