Populasi Singapura Menyusut Selama Pandemi Covid-19

Populasi Singapura menyusut untuk pertama kalinya sejak 2003.


Populasi Singapura menyusut untuk pertama kalinya sejak 2003.

Hal ini adalah salah satu imbas dari Pandemi Covid-19. Orang asing keluar dari negara tersebut karena pembatasan perjalanan hingga pemutusan hubungan kerja (PHK).

Laporan populasi tahunan yang dimuat Reuters pada Jumat (25/9) menunjukkan, populasi Singapura secara keseluruhan menurun 0,3 persen atau 18 ribu orang menjadi 5,69 juta.

Penurunan paling tajam terjadi pada jumlah orang asing, yaitu 2 persen menjadi 1,64 juta.

Selain itu, terjadi penurunan marjinal dalam jumlah penduduk tetap, melebihi peningkatan jumlah warga negara, beberapa di antaranya kembali dari luar negeri saat pandemi menyebar secara global.

Tren ini sebagian besar disebabkan oleh tantangan terkait Covid-19, yang disebabkan oleh permintaan yang lemah dan pembatasan perjalanan," demikian bunyi laporan tersebut dikutip dari Kantor Berita RMOL.

Sejak pandemi, banyak pekerjaan di bidang jasa yang hilang, di mana industri tersebut sangat bergantung pada tenaga asing yang bergaji rendah.

Singapura sendiri saat ini telah dinyatakan resesi, bahkan yang terdalam sepanjang sejarah. Penurunan ekonomi tahunan diperkirakan mencapai angka 5 hingga 7 persen.

Untuk mempertahankan pekerjaan bagi penduduk lokal, pemerintah telah meningkatkan hambatan bagi perekrutan asing. Meski begitu, ada kekhawatiran hal tersebut dapat merugikan bisnis.

Kami harus berhati-hati untuk tidak memberikan kesan yang salah bahwa kami sekarang menutup diri dan tidak lagi menyambut orang asing," ujar Perdana Menteri Lee Hsien Loong dalam pidatonya awal bulan ini.

Selama 20 tahun terakhir, populasi non-residen Singapura telah meningkat lebih dari dua kali lipat, mendorong pertumbuhan populasi di negara-kota yang memiliki tingkat kelahiran rendah di dunia itu.