Pogram Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) yang digagas Kementerian Pertanian berhasil mengairi ribuan hektare lahan pertanian di Jawa Tengah. Tercatat, sebanyak 53.800 hektare lahan pertanian Jawa Tengah mendapat pasokan air yang cukup berkat program tersebut.
- Dikeluhkan Nelayan: Puluhan Bangkai Kapal Penuhi Muara Sungai Karanggeneng Rembang
- Masuki Ramadan Harga Pisang di Grobogan Anjlok 50 Persen
- Perempuan Pelaku UMKM Dibekali Pengetahuan Keamanan Siber
Baca Juga
Kepala Bidang Sarana Prasarana Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Tri Susilardjo, optimistis dengan adanya perbaikan jaringan irigiasi tersier ini produktivitas pertanian di wilayah Jawa Tengah akan meningkat.
"Produktivitas pertanian, memang bukan hanya dari RJIT. Komponennya, ada dari benih unggul, pupuk berimbang, penggunaan alat mesin termasuk sumber daya manusia. Namun, berkat RJIT produktivitas juga menjadi meningkat," ungkap Tri Susilardjo, Rabu (30/6).
Menurut Tri, program RJIT Kementerian Pertanian sudah berjalan di Jateng sejak 2019 dan berhasil mengairi kawasan pertanian seluas 12.250 hektare. Pada 2020, program RJIT mampu mengairi kawasan pertanian di Jateng seluas 14.300 hektare.
"Pada 2021 ini, ada 545 unit RJIT. Satu unit dapat mengairi 50 hektare. Jadi, kalau ditotal selama tiga tahun, rehabilitasi yang kita lakukan mampu mengairi 53.800 hektare lahan pertanian," jelasnya.
Tri menambahkan, selama tiga tahun program RJIT Kementan berjalan, sebanyak 72 unit embung di Jateng juga berhasil dibangun. Sehingga dari program perbaikan jaringan irigasi tersier dan pembangunan puluhan embung tersebut, secara keseluruhan mampu mengalirkan air untuk 55.600 hektare lahan pertanian di Jateng.
"Dengan RJIT, otomatis jaringan irigasi yang bagus juga menjadi banyak. Ini mengurangi konflik perebutan air di tingkat petani," imbuhnya.
Dengan berjalannya program RJIT, Dinas Pertanian dan Perkebunan Jawa Tengah pada tahun ini akan menggenjot produktivitas pertanian sebesar 58,510 kuintal per hektare. Tahun lalu, produktivitas pertanian di Jateng sebesar 56,93 kuintal per hektare.
Meski begitu, Tri mengakui program perbaikan jaringan irigasi tersier masih belum merata di Jateng. Sampai saat ini, masih ada 17,7 juta meter jaringan irigasi di Jateng berada dalam kondisi rusak.
"Kami mengharapkan dari pusat masih bersedia melakukan pendanaan untuk program RJIT. Bentuknya bisa disalurkan lewat Provinsi Jateng atau langsung diserahkan kepada petani," ujarnya.
Keberhasilan program pengairan ini pun turut membuat petani yang belum merasakan program tersebut meminta agar juga dibuatkan RJIT ata embung di tempat mereka.
Seorang petani di Desa Kebondowo, Kabupaten Semarang, Bambang Sulistiyo mengatakan, setiap musim kemarau, para petani di desanya saling berebut jatah air untuk lahan pertanian mereka.
"Kalau mulai Agustus sudah rebutan. sudah pakai jadwal hari ini blok ini, hari ini blok itu. Sudah kami susun secara sistematis per kecamatan," ujar pria yang menjadi Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Ngudi Makmur Desa Kebondowo.
Bambang berharap, Kementerian Pertanian bisa segera memberi bantuan sistem pengairan bagi para petani di Desa Kebondowo. Mereka minta dibuatkan embung.
"Inginnya air dari Rawa Pening ditarik, terus dibikinkan mini embung, baru dibagikan ke petani. Urusan tanah, nanti kami usahakan. Pemerintah tidak usah beli, gratis. Itu harapan saya, monggo pemangku kebijakan," ungkap Bambang.
Gapoktan yang dipimpinnya terdiri atas tujuh kelompok tani Kebondowo, dengan anggota 300 orang yang menggarap 200-an hektare lahan pertanian. [sth]
- Pemkab Karanganyar Grebek Pasar Matesih
- Tak Lelah Bangkitkan Energi di Musim Pandemi
- Adanya UU Cipta Kerja, Dinas Koperasi Salatiga Segera Kantongi Perda Pembentukan Koperasi Baru