Ekonom senior Rizal Ramli menjelaskan latar belakang Indonesia tidak memilih mazhab ekonomi kapitalis dan komunis saat orasi kebangsaan di Munas Serikat Pekerja BTN, di Hotel Millenium, Jakarta Pusat, Selasa (15/5) malam.
- Pertumbuhan Harga Rumah Kecil dan Menengah di Triwulan II 2021 Menurun
- Panen Raya Semangka, Bupati Imbau Petani Demak Tak Gunakan Pupuk Kimia
- Transparansi Dan Hak Anak Jadi Fokus Pemkab Purbalingga Dalam 4 Raperda Penting
Baca Juga
Menurut Rizal depresi ekonomi dunia selama 10 tahun akibat kapitalisme yang ugal-ugalan membuat pendiri Republik Indonesia tidak memilih kapitalisme libaral dan tidak memilih sisi pemikiran lain yakni komunisme atau sosialisme.
Ekonomi Indonesia sesungguhnya berada ditengah kedua mazhab tersebut dan sesuai dengan konstitusi negara.
"Pendiri republik ini tidak ingin Indonesia dimasa depan menerima akibat dari kapitalisme liberal yang selalu ugal-ugalan," beber Rizal dikutip dari Kantor Berita RMOL
Lebih lanjut Rizal menilai dalam pembangunan ekonomi tidak melulu mempertimbangkan mazab yang dipilih.
Baginya jika dirinya diberi kesempatan untuk berkotribusi bagi negeri, Rizal tidak ingin hanya berfokus pada pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan rakyat juga menjadi hal penting yang harus diseimbangkan.
Ia juga memastikan bakal tetap menjadi lawan setiap orang yang memiliki pemahaman neoliberal.
Menurutnya neolib hanya membesarkan perusahaan-perusahaan asing dan sistem itu juga tidak dapat membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai di atas tujuh persen. Sebab model neolib ini adalah model yang bergantung dari pinjaman.
"Yang kita inginkan, pertumbuhan tapi juga ada peningkatan kesejahteraan, ada share growth yakni ada manfaat dari pertumbuhan ekonomi itu sendiri," ujar Rizal.
- PT Pos Indonesia (Persero) Gencar Mengenalkan Pospay
- Pengamat Pesimis Rob di Pelabuhan Tanjung Emas Teratasi Cepat
- Harga Gas Melon Meroket Tembus Rp30.000, Barang Sulit Didapat