Rob atau banjir akibat air laut naik ke daratan, sudah puluhan tahun menerjang Kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang. Namun, sampai sekarang, terkesan tak ada solusi dan dibiarkan berlarut-larut dan semakin memprihatinkan setiap tahun.
- Banjir Rob Ekstrem di Jalur Pantura Semarang-Demak, Lalin Arus Balik Terganggu
- Awas Jalur Semarang-Demak Bisa Macet Panjang Senin Pagi
- Kampung Bugisan Ditargetkan Selesai Pertengahan Desember 2024
Baca Juga
Pengamat Perencanaan Wilayah dan Tata Kota Universitas Sultan Agung (Unissula) Semarang Dr Mila Karmilah menyebut, pemerintah sebenarnya tidak diam saja untuk menangani rob di pesisir Kota Semarang.
Namun, hasil pembangunan nyata bisa ditunggu hasilnya saat Tol Semarang-Demak sekaligus berfungsi tanggul laut sudah jadi.
"Harapan terakhirnya tanggul laut satu paket Tol Semarang-Demak itu yang dinanti-nanti masyarakat. Jika berhasil artinya pembangunan infrastruktur untuk mengatasi dampak rob bisa sukses. Tetapi, tidak tentu jawabannya hanya tanggul laut saja, bisa saja pesisir Semarang dan Demak butuh perencanaan pembangunan lain untuk program solusi rob yang semakin meluas setiap tahun," jelas Milla, dihubungi, Sabtu (6/7).
Mengatasi rob di Kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, kata Milla, butuh waktu untuk perencanaan berpegangan melihat dampak terjadi karena permasalahan setiap tahun berbeda terlebih juga semakin parah.
Pemerintah tidak mungkin bisa mengatasi dalam waktu cepat, "mustahil" karena pembangunan juga butuh perhitungan berbagai aspek.
Selama ini, program jangka pendek dijalankan pemerintah daerah Pemkot Semarang walaupun kelihatannya tidak tampak, namun dengan peninggian tanggul dan solusi sementara pompa penyedot cukup mengatasi, tapi untuk siasat saja membuang rob jika terjadi.
Buktinya, rob biasanya hanya naik sewaktu-waktu saat pasang sedang tinggi dan wajar.
Namun begitu, Milla mempertimbangkan bisa sebagai solusi, mengatasi rob sebaiknya pemerintah daerah maupun pusat memasukkan satu program sekaligus bisa digabungkan untuk penanganan banjir di Semarang.
Sepertinya solusi dibutuhkan harus komprehensif termasuk melakukan penataan daerah aliran sungai (DAS) karena banjir tahunan juga masih menjadi pekerjaan rumah (PR) lintas sektoral pemerintahan.
"Sudut pandang permasalahan rob dan banjir ini luas dan sebenarnya berhubungan satu sama lain. Bisa jadi solusi jika digabung, rob belum tentu hanya dengan infrastruktur dibangun selesai, kemungkinan kasusnya sama dengan di negara-negara lain. Apalagi Semarang juga mengalami siklus banjir tahunan sejak puluhan tahun, tentu pembangunan dibutuhkan harus berkelanjutan dan memenuhi dua aspek dihadapi untuk bisa menangani banjir dan rob sekaligus agar permasalahan klasik ada solusinya," terang Milla.
Diketahui, ativitas pelabuhan pun terkena dampaknya langsung. Industri bahkan banyak akhirnya memilih gulung tikar tak kuat menanggung beban kerugian omzet tak sebanding hasil produksi.
Bagi pabrik-pabrik relokasi pindah ke lokasi lain jadi pilihan sulit. Modal mereka sebagian tak cukup karena keuntungan ekspor didapatkan hanya cukup sekedar untuk membayar gaji para karyawan.
Rob semakin ganas dan mengerikan, membuat ekonomi di Kawasan Industri Pelabuhan Tanjung Emas pun "hidup segan mati tak mau".
Pilihan sulit, bertahan di bawah bayang-bayang suram kerugian atau pindah tetapi manajemen siap-siap menanggung hutang besar perusahaan.
Peliputan RMOLJawaTengah tentang banjir rob di Pelabuhan Tanjung Emas dapat dibaca di tautan di bawah ini:
Rob Pelabuhan Tanjung Emas Rendam Pos 1, Tinggi Genangan 30-50 Centimeter
Banjir Rob, Simalakama Pengusaha di Pelabuhan Tanjung Emas
- Spanyol Lirik Furnitur dan Proyek Pelabuhan Jepara
- Wali Kota Semarang Lepas Ribuan Pemudik Arus Balik Naik Kapal Perang KRI Banjarmasin
- Banjir Rob Ekstrem di Jalur Pantura Semarang-Demak, Lalin Arus Balik Terganggu