Perbedaan memang harusnya memunculkan keindahan. Adanya perbedaan masing- masing pihak dapat mengisi hal yang berbeda hingga membentuk sebuah harmoni.
- Catatan dari Curah Pikir Tentang Demak
- Memperingati 40 Tahun Permadani: Acara Budaya Meriah di Semarang
- Kunjungi 'Tiongkok Kecil', Giring Janjikan Klenteng An Cu Kiong Lasem Jadi Cagar Budaya Nasional
Baca Juga
Hal itu disampaikan oleh Manajer Radikal Nol Sembilan, Brian Trinanda K. Adi. Dia berharap dapat mewujudkan harmoni indah dalam perbedaan dalam pagelaran pertunjukkan musik di Gedung B.8 Jurusan Sastra Jawa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, akhir pekan kemarin.
Brian menerangkan, pertunjukkan tersebut menghadirkan kolaborasi berbagai idiom musik nusantara. Di antaranya ialah idiom musik tradisi Bali diwakili oleh I Kadek Dwi Santika dan Kadek Anggara Rismandika, sedangkan dari Lampung diwakili Muhammad Fabian Arrizqi.
Sementara Padang diwakili oleh Frendy Satria Palindo dan Kalimantan oleh Primadana Afandi. Adapun dari Banyuwangi menunjuk sinden Primadini Dwi Maulinda.
Sedangkan idiom musik tradisi Jepang yang dibawakan oleh kelompok Chikuyusha dengan penampilan Housuke Kumaki memainkan Shakuhachi, Fuka Mariwo memainkan Shamisen dan Kuroki Yuta sebagai penari.
"Projek ini kami beri nama, When The Differences Meet : Indonesia Japan Collaborative Performance. Acara kami didukung banyak pihak, beberapa diantaranya, Jurusan Sastra Jawa Unnes dan Japan Foundation," kata Brian saat dihubungi, Senin (5/3).
Tidak hanya musik, Brian juga menyajikan pertunjukkan tari dari dua negara itu. Dia mengajak penari tradisi Jepang yang membawakan juga idiom-idiom tari Nusantara. "Saya sebutkan salah satunya adalah Gerak tari tradisi Jawadan Bali," imbuhnya.
Brian menilai, pertunjukan berbasis kolaboratif mulai semakin digemari dewasa ini. Tidak hanya dengan mengawinkan tradisi- modern. Namun, juga mulai merambah ke lintas daerah baik interlokal maupun internasional.
"Bagaimana perbedaan basis kebudayaan serta berbagai hal terkait teknis permainan di dalamnya dapat menjadi sumber kreativitas yang menarik," terang dia.
Brian berharap pertunjukkan tersebut dapat membuka ruang baru bagi jalinan internasional. Sehingga sebuah perbedaan bukan lagi menjadi batasan bagi seseorang untuk berkarya. Selain para penampil, dalam pertunjukkan berdurasi 100 menit itu, Brian juga mendatangkan musisi kolaburasi yakni, Yuli Agung Wibowo dan M. Bastian Noor.
- Punokawan & Moralitas Manusia
- Syawalan Mangkunegaran Merajut Silaturahmi, Melestarikan Tradisi
- Perayaan Cap Go Meh Harmonisasi Budaya Milik Kita Bersama