Suara tawa anak-anak terdengar di poliklinik anak RSUD Kalisari Batang.
- Target Vaksin Anak Selesai Januari, PTM Siap 100 Persen Dibuka
- BPJS Kesehatan Pastikan Peserta JKN Bisa Akses Pelayanan di Masa Libur Lebaran
- Calon Haji 40% Lansia, Kemenag Jateng Akan Siapkan Tim Pendamping Khusus
Baca Juga
Suara tawa anak-anak terdengar di poliklinik anak RSUD Kalisari Batang.
Mereka dibuat tertawa oleh dua superhero, Captain America dan Batman yang bermain sulap.
Anak-anak itu adalah penderita penyakit thalassaemia yang berkumpul dalam rangka Hari Thalassaemia sedunia.
"Thalassaemia adalah penyakit kelainan darah, yang disebabkan kurangnya kadar hemoglobin dalam darah. Ini termasuk kelainan genetik atau keturunan," kata Spesialis Anak dari RSUD Kalisari Batang, Tan Evi Susanti, Sp.A , Kamis (27/5).
Ia menjelaskan Thalassaemia Mayor, Thalasaemia Intermediet dan Thalasaemia Minor.
Penderita Thalassaemia Mayor harus rutin melakukam transfusi darah rutin setiap dua minggu hingga empat minggu seumur hidupnya.
Evi mengatakan, hingga kini belum ada obat untuk menyembuhkan thalassaemia.
Thalassaemia termasuk penyakit langka dengan prosentase penderita 1: 1000 kelahiran.
"Di Batang saya mencatat ada 25 anak penderita Thallasaemia. Kalau dengan yang dewasa mungkin sekitar 28," jelasnya.
Bagaimana cara mengurangi faktor risiko? Ia mengatakan sebisa mungkin menghindari pasangan sesama pembawa faktor risiko Thalassaemia.
Faktor risiko Thalasaemia bisa diketahui melalui skrining darah. Saat masa kehamilan pun, janin bisa diskrining.
Masa kehamilan pun bisa dihentikan di usia kandungan 6-12 minggu, jika janin terkena Thalassaemia.
"Tapi penderita Thallassaemia pun bisa hidup normal, sekolah, bekerja, menikah dan punya anak. Tapi transfusi darah harus tetap jalan," jelasnya.
Adapun peringatan Hari Thallassaemia sedunia itu diikuti oleh keluarga dengan anak penderita Thallasaemia.
Salah satunya, Sri Murti, warga Bandar yang kedua anaknya menderita Thallasaemia.
Ia bercerita merasa sedih ketika mendengar anaknya divonis kelainan darah.
Namun, pertemuan dengan orangtua anak yang senasib dengannya membuatnya sedikit terhibur.
"Anak-anak juga senang, karena teman-temannya banyak," jelasnya.
- Sekitar 40 Ribu Kepesertaan BPJS Warga Rembang Dinonaktifkan
- Tiga Orang Nakes Masih Dirawat, Seorang Pasien Covid-19 Varian Omicron di Salatiga Meninggal Dunia
- 11 Kecamatan di Kota Semarang Sudah Nol Kasus Covid-19