Ada cara unik dan sudah menjadi tradisi bagi warga kaliwungu dalam menyambut Maulud Nabi Muhammad SAW, Senin(19/11).
- Ratusan Seniman Reog di Wonogiri Turun ke Alun-Alun
- Hadirkan Sensasi Melinting Rokok, Museum Kretek Kudus Banjir Pengunjung
- Pemkot Semarang Akan Interkoneksi Kota Lama, Pecinan dan Kampung Melayu Sebagai Wisata Heritage
Baca Juga
Dalam tradisi tahunan ini, warga kaliwungu saling bertukar jajanan yang didasarkan di depan rumah masing-masing. Anak-anakpun menyambutnya dengan gembira tradisi yang disebut "weh-wehan" atau dalam bahasa indonesia saling memberi untuk menyambung tali silahturahmi.
Seperti inilah suasana kampung kenduruan desa krajankulon kecamatan kaliwungu yang terlihat ramai oleh lalu lalang anak-anak. Mereka terlihat membawa aneka macam jajanan untuk ditukar dengan jajanan lainnya.
Lihat saja, deretan jajan beraneka macam ada di depan rumah warga tapi tidak untuk dijual.
Aneka macam jajanan yang ada di depan rumah warga ini memang tidak dijual melainkan disajikan untuk warga yang memberinya makanan pula.
Anak-anak dengan pakaian baru, membawa makanan untuk dibagikan atau ditukarkan dengan makanan dari tetangga. Tradisi saling tukar menukar jajan dan makanan ini sudah menjadi kegiatan rutin warga di kecamatan kaliwungu dalam menyambut kelahiran Maulud Nabi Muhammad SAW.
Tradisi ini sendiri sudah ada sejak masa penyebaran agama Islam di Pulau Jawa khususnya di Kaliwungu.
Nova, salah satu anak-anak yang membawa makanan ringan, mengatakan, sangat senang dengan tradisi weh-wehan yang diperingati tiap tahun.
Bawa jajanan mau ditukar dengan jajanan lainnya. Senang dapat macam-macam jajanan dari tetangga. Ini namanya tradisi weh-wehan," katanya.
Tradisi yang dikenal dengan tradisi ketuwin atau weh-wehan" ini sebagai bentuk rasa syukur dan bangga, masyarakat menyambut kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi ketuwinan merupakan tradisi paling khas dan unik di Kaliwungu.
Disebut weh-wehan dikarenakan pada tradisi tersebut dilakukan secara saling tukar menukar makanan antar tetangga atau kampung bahkan antar saudara. Anak-anak berkeliling kampung sambil membawa jajanan untuk kemudian ditukar dengan jajanan lain milik tetangganya.
Anak-anak nampak senang pasalnya jajanan yang ada pada tradisi weh-wehan atau ketuwin ini banyak disukai anak-anak. Seperti es krim rasa strawberry, makanan ringan, wajik, mie instan dan makanan ringan lainnya.
Bahkan tidak hanya anak-anak yang terlihat saling bertukar jajanan, nampak orang tua pun bersemangat membawa makanan untuk ikut ditukarkan. Makanan khas yang selalu ada dan tidak pernah ketinggalan pada tradisi ini adalah sumpil dan ketan beraneka warna.
Marina Prayitno, warga mengaku, tradisi ini merupakan tradisi turun temurun yang terus dilakukan oleh warga Kaliwungu dalam menyambut Maulud Nabi Muhammad SAW. Ini tradisi weh-wehan atau ketuwin sudah turun temurun menyambut hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Warga saling tukar makanan atau jajanan apa saja yang penting makanan," ujarnya.
Marina menambahkan warga tidak membatasi atau melihat harga makanan yang akan ditukar karena tradisi ini memiliki manfaat menajaga tali siahturahmi. Makanan atau jajanannya bebas dan tidak ada batasan harganya. Yang penting acarnya meriah dan warga disini suka dengan tradisi ini," tambahnya.
Meski terkikis perkembangan jaman, makanan yang disajikan dalam tradisi ketuwin ini sudah mulai bergeser ke makanan siap saji. Namun, warga di Kecamatan Kaliwungu ini lebih memandang tradisi ketuwin/ untuk menjalin tali silahturahmi sesama warga.
Vina, anak-anak, berharap, tradisi seperti ini harus dijaga dan dilestarikan agar tidak punah oleh zaman. Semoga tradisi ini ada sampai kapanpun, anak-anak disini sangat suka dengan tradisi ini. Kami bisa saling tukar makanan dan jajanan," pungkasnya.
- Tampilkan Potensi Desa, Gelar Budaya dan UMKM Show Digelar 3 Minggu
- Gereja Blenduk Direvitalisasinya, Bangunan Lawas Ini Bakal Makin Megah
- Kado Hari Jadi Ke-199, Fidella Jasmine Penyanyi Cilik Wonosobo Rilis Single Kedua