SBY Jadi Kunci Pilpres 2019

Ketua Umum DPP Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dianggap masih punya kendali besar di negeri ini. Presiden ke-6 RI itu bahkan dianggap menjadi kunci dalam penentuan pemenang pilpres nanti.


Karena pentingnya peran SBY ini, Waktum Partai Demokrat Roy Suryo menyatakan, kubu Jokowi sampai mengajak ketua umumnya untuk masuk koalisi.

Ajakan tersebut, kata Roy, disampaikan Menkopolhukam Wiranto ketika menemui SBY di Mega Kuningan, Rabu lalu. Ajakan tersebut memang tidak disampaikan secara khusus, hanya di sela pembicaraan materi lain yang berlangsung selama 1 jam 22 menit.

"Ya pasti ada (ajakan gabung koalisi). Setelah senyum-senyum, pasti ada. Tapi, tidak ada namanya tekanan. Enggak ada tekan-tekan," ungkap Roy dalam diskusi bertajuk 'Politik Copras Capres' di Warung Daun Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (21/4) seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL

Apa SBY tertarik dengan tawaran itu? Roy bilang, hingga kini, partainya belum menentukan dukungan politik untuk Pilpres 2019. Demokrat masih membuka komunikasi dengan semua parpol, termasuk juga dengan poros yang digawangi Gerindra.

"Ada kemungkinan, misalnya Pak SBY ketemu dengan teman-teman dari poros kedua (Prabowo)," beber eks Menpora itu.

"Demokrat akan melihat bergabung di poros mana, yang menentukan takdir Allah SWT," tambahnya.

Selain itu, Demokrat juga masih membuka peluang untuk menjadi motor terbentuknya poros ketiga. Roy melihat, kemungkinan pembentukan poros ketiga masih besar. Meski saat ini partai-partai terlihat sudah mengarah ke dua kutub, antara Jokowi dan Prabowo, namun politik tidak pernah kaku.

"Semua ada peluangnya," imbuh Roy.

Untuk menentukan sikap nanti, kata Roy, Demokrat akan melihat arahan yang diinginkan rakyat.

"Partai Demokrat akan melihat betul suasana hati rakyat. Kami akan membenarkan apa yang sudah benar. Tapi, kalau ada yang kurang benar, kami koreksi," tandasnya.

Komunikasi Demokrat dengan partai-partai benar adanya. Jumat kemarin, Waketum Demokrat Syarief Hasan menemui Presiden PKS Sohibul Iman, di Jakarta. Komunikasi itu akan ditindaklanjuti dengan pertemuan langsung antara SBY dengan Sohibul dalam beberapa waktu ke depan. Menurut Sohibul, pembicaraan awal dengan Syarief membahas soal kemungkinan pembentukan poros ketiga.

Pengamat politik dari Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma) Said Salahudin mengakui pentingnya peran SBY dalam Pilpres nanti. Kata dia, SBY bisa menjadi penentu kemenangan di Pilpres.

"SBY adalah kunci. Jika SBY ikut membantu kubu Gerindra atau membangun blok politik ketiga, artinya ancaman bagi Jokowi semakin nyata. Itu bisa menjadi sandungan yang merepotkan bagi Jokowi," ucapnya, Sabtu (21/4).

Jika SBY membentuk poros ketiga, kemungkinan PAN dan PKS akan bergabung. Sebab, dua partai ini adalah karib Demokrat dalam Kabinet Indonesia Bersatu yang berjalan selama 10 tahun SBY memerintah. Meski cuma tiga partai, kata Said, kekuatan poros ini tidak bisa diremehkan.

"Jika koalisi baru ini benar-benar terbentuk untuk menghadapi koalisi Jokowi plus Gerindra, maka tidak mustahil 2019 Indonesia akan punya Presiden dan Wakil Presiden baru," sebutnya.

Kadiv Advokasi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaean juga menyebut bahwa ketua umumnya sebagai kunci. Dia bahkan sesumbar, pihak yang mengabaikan SBY dan Demokrat di Pilpres 2019 akan kalah.

"Siapa pun yang mengabaikan Demokrat, dia akan potensi kalah," kata Ferdinand dalam akun Twitter pribadinya, Sabtu (21/4).

Ferdinand sendiri terlihat condong ke Gerindra dan Prabowo. Kata dia, jika SBY dan Prabowo berkoalisi pada 2019 untuk melawan kubu Megawati-Jokowi, besar kemungkinan hasil Pilpres 2004 bakal terulang.

"Yaitu, PDIP yang incumbent dikalahkan mutlak oleh SBY," cetusnya.

Jika skenario ini terjadi, tambahnya, pertarungan akan berlangsung seru. Partai Demokrat akan lebih hidup di masyarakat, dan presiden baru akan terpilih.

Jika yang terjadi sebaliknya, SBY mendukung Jokowi, Pilpres akan berlangsung cepat.

"Selesai sudah," ujar Ferdinand, merujuk pada kekalahan Prabowo.

Bagaimana jika ada poros ketiga? Ferdinand dengan halus menyebut, salah satu lawan Jokowi yang akan menang. Artinya, Jokowi kemungkinan kalah. Dengan peran kunci SBY itu, Ferdinand meyakini Jokowi dan Prabowo akan memberi "perhatian khusus".

"Jokowi dan Prabowo tidak mungkin mengabaikan posisi Demokrat begitu saja," tandasnya.