- Potong Kambing dan Masak di Pesanggrahan Eyang Manurejo, Tradisi Warga Kemanukan Saat Nazarnya Tercapai
- Petani Lereng Sumbing Gelar Nyadran Lepen
- Rawan Punah, SMK Neswara Siapkan Pembatik Muda
Baca Juga
Setelah lama vakum, tradisi Nyumet Dung, sebagai pertanda waktu berbuka kembali menyemarakan bulan suci Ramadan di Alun-alun Kauman, Kota Semarang, Selasa (12/3).
Tradisi menyulut (nyumet-red) mercon besar yang dulunya disebut, Dung ini kembali dihadirkan oleh panitia dari Masjid Agung Semarang untuk membangkitkan lagi kenangan akan tradisi waktu berbuka dengan menyulut mercon.
Yang menarik, acara nyumet dung ini dikemas dalam bentuk arak-arakan terdiri dari barisan pembawa mercon, barusan rebana sebagai pengiring dan dua Warak Ngendog di usung ke tengah lapangan alun-alun.
Ketua panitia arak-arakan "Nyumet Dung", Muhaimin mengatakan tradisi nyumet Dung ini adalah upaya untuk menghidupkan kembali tradisi menunggu saat berbuka puasa dengan menyulut mercon.
"Dulu tidak menggunakan mercon atau kembang api, tapi racikan- racikan potasium yang dibuat seperti bom, sehingga saat dinyalakan akan berbunyi dung" kata Muhaimin saat bercerita pada wartawan.
Dari bunyi dung itulah, masyarakat jadi paham bila suara itu sudah terdengar maka bisa dipastikan sudah masuk untuk berbuka.
"Dulu suara itu menggelegar hingga suaranya terdengar sampai radius 5 kilometer dan di langit ada kepulan asap karena bom itu," kata Muhaimin.
Selain untuk mengenalkan tradisi ini ke generasi muda, ungkap Muhaimin, tradisi ini juga untuk mengenang bagi generasi tua kawasan sekitar masjid Kauman Semarang yang masih melekat dengan tradisi Nyumet Dung.
"Kami ingin membangkitkan romantisme masa lalu. Romantisme tradisi masa lalu yang pernah diwariskan itu, perlu dijaga dan dimodifikasi sesuai perkembangan zaman" katanya.
- Karnaval Pembangunan, Tampilkan Kirab Budaya dan Aneka Mobil Hias
- Kirab Budaya, Pemkab Batang Sediakan 18 Gunungan dan Uang Koin
- Dr Sudibyo Prawiroatmojo: Seminar Dan Pagelaran Wayang Kulit Untuk Pelestarian Budaya