Tarif Angkutan Jadi Biang Kerok

Badan Pusat Statistik (BPS) merilis tingkat inflasi pada Juni 2018 mencapai 0,59 persen. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi Mei 2018 yang hanya 0,21 persen. Tarif angkutan dituding jadi biang keroknya.


Kepala BPS, Kecuk Suhariyan­to mengatakan, inflasi Juni banyak dipengaruhi kenaikan tarif transportasi karena masyarakat melakukan mudik Lebaran. Selain itu, juga didorong komu­nikasi dan jasa keuangan.

"Dari inflasi 0,59 persen, 0,15 persen berasal dari angkutan udara. Selain itu untuk angkutan antar kota sumbang inflasi 0,08 persen dan untuk tarif angkutan kereta api andilnya masih kecil," kata Suhariyanto di Kantor BPS Pusat, Jakarta, kemarin dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL

Dilanjutkannya, untuk kelompok penyumbang inflasi kedua terbesar adalah bahan makanan. Seperti diketahui, harga bahan makanan selama Lebaran me­mang mengalami kenaikan, hanya saja ini masih bisa terkendali.

Bahan makanan andilnya 0,19 persen. Cabe, beras harganya terkendali, hanya yang membuat deflasi harga ayam dan lainnya. Untuk makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sumbang 0,8 persen. Inflasi di Juni terjadi hampir di 82 kota di Indonesia. Tarakan menjadi kota dengan in­flasi terbesar yakni 2,71 persen.

"Berbagai komoditas Juni di 82 kota mengalami kenaikan. Tapi kita apresiasi kinerja pe­merintah dan Bank Indonesia dalam menjaga laju inflasi," katanya.

Meski inflasi Juni lebih rendah di banding tahun sebelumnya, BPS meyakini bahwa daya beli masyarakat Indonesia selama Lebaran tetap tinggi. Bisa dilihat dari sumbangan bahan pangan dan transportasi masing-masing sebe­sar 0,9 persen dan 0,15 persen.

"Itu kan lumayan bagus, per­mintaannya juga masih tinggi sekali. Kalau dia enggak punya uang, ya enggak akan setinggi itu," tuturnya.

Ekonom Institute For Devel­opment of Economics and Fi­nance (Indef) Bhima Yudhistira mengatakan, kendati ada doron­gan Tunjangan Hari Raya (THR) bagi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan swasta saat Lebaran, secara umum daya beli masih lemah. "Jadi harga kebutuhan pokok tidak mengalami lonjakan, karena penjual takut naikkan harga, karena daya beli masyarakat masih lemah," kata Bhima.

Dia mengatakan, jika pada Juni terjadi inflasi, merupakan hal wajar. Mengingat secara musiman dari naiknya harga transportasi khususnya trans­portasi udara, karena arus mudik Lebaran dan naiknya biaya ba­han bakar avtur pesawat mnye­suaikan harga minyak dunia.

"Yang perlu dicermati in­flasi semester II akan merangkak naik, karena harga BBM non­subsidi semakin mahal akibat liarnya harga minyak mentah dunia," kata Bhima.