Teater Gema Tanggapi Isu Klasik Dengan Pementasan Teater

Melihat banyaknya permasalahan yang tak kunjung ada solusi, Teater Gema Semarang menyuarakan kritiknya lewat pementasan drama bertajuk 'Di Ujung Tombak'.


Sutradara pementasan, Ucup G, mengatakan pihaknya memutuskan untuk mengangkat lakon ini lantaran ingin mengajak masyarakat menyadari adanya pergeseran budaya dan berbagai permasalahan yang tidak ada solusinya.

"Saya memutuskan mengambil naskah ini karena saya melihat isu yang klasik yang sampai sekarang belum mendapatkan solusi," kata dia, Selasa (1/10).

Ucup menambahkan, pementasaan ini bertujuan untuk masyarakat kritis terhadap isu dan tradisi hingga  sebagai ajang media penyalur keresahan yang dihadirkan dalam bentuk pemantasan.

Menurut Ucup, naskah ini berkisah tentang isu klasik relokasi yang sering terjadi di masyarakat. Dia menilai hal tersebut sama sekali belum ada solusi konkrit dari pemerintah.

"Dalam naskah ini juga menarik karena dibahas juga kepentingan kepentingan setiap pemangku kebijakan di daerah kita dan kepercayaan masyarakat terhadap hal hal klenik yang ada di daerah daerah," katanya.

Sementara itu, Ketua Teater Gema, Adit, naskah tersebut merupakan produk asli karya Keluarga Teater Gema yang dibukukan dalam buku Kitab Lakon#2 berjudul "Yang tak ada tak kan pernah hilang".

"Pementasan ini juga tidak hanya pementasaan saja akan tetapi ada Gemakustik dan Gemka. Antusiasme Penonton sangat ramai dalam pentas kali ini," katanya.

Adit berharap pementasaan ini menjadi pembelajaran Teater Gema agar selalu peduli dengan isu-isu yang sedang dibincangkan.

Khususnya, lanjut dia, isu-isu mengenai kesenian dan tradisi hingga mencetak anggota berproses dengan kreatif dan kritis. Pementasaan ini juga sebagai media agar setiap pemikiran kami dapat tersalurkan dalam bentuk pementasan.

Pementasan ini diadakan bertujuan untuk menggiatkan kawan-kawan Teater Gema untuk selalu merawat dan menjaga kesenian khususnya pertunjukan," pungkasnya.