Ari Natalia Probandari, Dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, memenangkan hibah riset dari Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia sebesar 1.910.000 AUS Dollar atau senilai Rp 19 miliar.
- Dewan Minta Skrining di Sekolah Terus Dilakukan
- Lulusan SMK Harus Miliki Mindset Menjadi Wirausaha
- Berkontribusi Majukan Pertanian, Mentan Amran Sulaiman Terima Penghargaan Dari UNS
Baca Juga
Bersama rekan satu konsorsiumnya dari UNSW Sidney, Universitas Gadjah Mada (UGM), London School of Hygiene and Tropical Medicine dan The George Institute for Global Health membuat projek penelitian berjudul Improving the dispensing of antibiotics by private drug sellers in Indonesia: a missing ingredient in the fight against antimicrobial resistance.
"Riset ini bertujuan untuk melakukan perbaikan dari tata kelola peredaran obat antibiotik di Indonesia terutama yang berada di apotik atau toko obat swasta yang selama ini diduga masih menjual antibiotik secara bebas," jelas Ari, Senin (27/8)
Sebab, salah satu permasalahan kesehatan di Indonesia adalah resistensi terhadap antibiotik. Resistensi antibiotik ini terjadi karena penggunaan antibiotik yang tidak tepat atau tidak semestinya.
"Karena itu (bersama peneliti 4 universitas lain) kita berkeinginan memperbaiki tata kelola peredaran antibiotik," tuturnya.
Ari, yang juga Kepala Prodi S3 Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) UNS, sebut dalam riset ini akan melalui tiga fase. Fase yang pertama yaitu memahami persoalan terkait dengan peredaran antibiotik. Fase kedua dengan membuat intervensi serta mencoba untuk memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana penggunaan antibiotik yang semestinya.
Ketiga dengan melakukan evaluasi ada dampak nyata atau tidak dengan adanya intervensi serta apakah nantinya ada hambatan dalam pengambilan kebijakan tentang kesehatan di Indonesia.
"Kita juga mendorong agar apotek atau toko obat bisa mematuhi regulasi yang ada. Kedepannya kita juga merencanakan untuk memberikan akreditasi kepada toko obat atau apotek supaya ada standarisasi dalam memberikan pelayanan penjualan obat," tuturnya.
Menurutnya, penting untuk mensosialisasikan pada masyarakat bagaimana cara yang benar untuk mengkonsumsi antibiotik. Edukasi terhadap masyarakat terkait dengan bagaimana cara mengkonsumsi antibiotik termasuk juga memperbaiki tata kelola peredaran antibiotik ini sangat penting dilakukan. Jika terjadi resistensi antibiotik, maka biaya kesehatan akan menjadi lebih tinggi.
"Harapanya melalui riset ini nantinya bisa memberikan masukan kepada Kemenkes tentang tata kelola peredaran antibiotik terutama yang selama ini dijual di apotek atau toko obat swasta," tutupnya.
- Tim Robot UMS Raih Juara 2 Nasional Kontes Robot Indonesia 2022
- UMUKA Solo Tambah Dua Prodi Baru, Pendidikan Kepelatihan Olahraga dan Pendidikan Bahasa Arab Prodi Resmi
- Ganjar Harap Guru Saat Ini Makin Inovatif dan Kreatif