Tiga Komoditas Pangan Sumbang Inflasi di Jawa Tengah

Plt Asisten II Ekonomi dan Pembangunan Sekda Provinsi Jawa Tengah Sujarwanto menyebut tiga komoditas pangan menjadi penyumbang inflasi tertinggi di Jawa Tengah. Ketiganya yaitu beras, kedelai untuk tahu tempe dan minyak goreng.


"Untuk beras pengaruhnya hanya sedikit, untuk kedelai saya kira harus gemar menanam kedelai. Sebab, ketergantungan tempe tahu kita sudah tinggi," katanya di Kanzus Shalawat, Kota Pekalongan, Kamis (10/11).

Sujarwanto mengatakan, hal itu di sela-sela acara Peringatan Hari Pangan Sedunia ke 42 yang digelar Badan Pangan Nasional. Peringatan itu dipusatkan di Kanzus Shalawat pimpinan ulama karismatik Habib Muhammad Luthfi bin Yahya.

Untuk beras, jelasnya, faktor penyebabnya adalah saat ini musim tanam bukan panen. Di sisi lain, tidak sedikit sawah yang terdampak bencana banjir akhir-akhir ini.

"Hanya tiga itu, komoditas lainnya deflasi," jelasnya.

Ia menyebut inflasi Provinsi Jawa Tengah saat ini di angka 6,0 persen. Turun dibanding bulan lalu yang ada di angka 6,04 persen.

Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi menyebut inflasi Indonesia di angka 5,9 persen dan pertumbuhan ekonomi 5,7 persen. Artinya masih ada jarak antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

"Pertumbuhan ekonomi kalau boleh lebih tinggi daripada inflasi. Tidak ada gunanya jika inflasi lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi," katanya.

Ia menyebut, inflasi yang bisa dijaga berasal dari pola konsumsi. Terutama dari barang barang pangan.

Arief meminta agar para kepala daerah untuk menggunakan Dana Alokasi Umum serta Dana Bagi Hasil Cukai dan Hasil Tembakau senilai Rp2,17 triliun untuk menjaga inflasi.

Di sisi lain, ia mengatakan saat ini Bapanas sedang merancang tata kelola pangan Indonesia. Salah satu menjadi perhatian adalah penggunaan teknologi.

Contohnya, jangan lagi komoditas pangan langsung ditebas hingga habis setelah panen. Perlu penggunaan teknologi untuk memperpanjang usia komoditas pangan.