Tragis! Nelayan Pekalongan Meninggal di Samudera Hindia, Perusahaan Abai

Istimewa
Istimewa

Junaidi (48), nelayan asal Kramatsari, Pekalongan Barat, tewas di Samudera Hindia. Almarhum melaut bersama kapal KM Sri Mariana dari Sibolga, Sumut.


Rahayu Slamet (45), istri almarhum, menyebut baru tahu suaminya meninggal pada Jumat, 22 Desember 2023. Namun, jenazah baru sampai rumah 31 Desember 2023.

"Saya hanya mendapat laporan dari polisi. Perusahaan tidak melapor ke Syahbandar atau DKP," kata Rahayu, Jumat (19/1).

Ia mengaku kaget dan bingung dengan kematian suaminya. Sebab, Suaminya sehat saat berangkat. Keberangkatan suaminya bersama anaknya.

Rahayu pun mengungkapkan kejanggalan terhadap kematian suaminya. Perusahaan yang mempekerjakan suaminya seolah menutupi kematian Junaidi.

Rahayu cerita, suami dan anaknya berangkat ke Sibolga dengan 30-an nelayan dari Batang, Pekalongan, dan Tegal pada Senin, 16 Oktober 2023. 

Lalu pada Selasa, 12 Desember 2023, kapal KM Sri Mariana melaut ke Samudera Hindia.

“Sepuluh hari kemudian, suami saya mati jam 5 pagi. Anak saya minta kapal balik ke Sibolga,” tuturnya.

Rahayu terakhir kontak dengan anaknya yang juga melaut dengan Junaidi. Itu 28 Desember 2023, seminggu setelah Junaidi mati.

“Anak saya bilang, bapaknya masih hidup. Mungkin takut. Dia pamit mau pulang. Saya paksa, akhirnya ngaku,” katanya.

Anehnya, di Sibolga, kapal cuma turunkan jenazah suami saya. Lalu pergi lagi. Bahkan, sampai sekarang, perusahaan tidak memberi ang kerohiman. 

"Jenazah hanya diantar ambulan. Tidak ada perwakilan perusahaan," ucapnya.

Rahayu menyebut suami dan anaknya melaut 10 bulan dengan janji Gaji ABK kapal cakalang Rp 16 juta.

Didik Pramono dari LBH Adhyaksa, kuasa hukum korban, siap bantu keluarga Junaidi. Ia merasa iba melihat mereka ditinggal perusahaan.

“Saya akan urus masalah ini. Korban harus dapat haknya. Uang kerohiman, asuransi, BPJS Ketenagakerjaan,” tegasnya.

Hingga berita ini diunggah, pihak HNSI Kota Pekalongan belum bisa dihubungi.