Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan kandidat yang akan menduduki kursi gedung putih, pemerintah Turki siap untuk tetap menjalin kerjasama dengan Amerika Serikat (AS).
- Xiaomi Salip Apple Di Pasar Smartphone Global
- Presiden Xi Jinping Memanggil Semua Perusahaan Raksasa Bidang Teknologi Tiongkok
- Erdogan Tak Terima Militer Turki Disebut Gunakan Senjata Kimia
Baca Juga
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan kandidat yang akan menduduki kursi gedung putih, pemerintah Turki siap untuk tetap menjalin kerjasama dengan Amerika Serikat (AS).
"Terlepas dari kandidat mana yang menjabat di AS, kami akan melakukan pendekatan yang tulus untuk meningkatkan hubungan kami," kata Cavusoglu, seperti dikutip dari Memo, Jumat (6/11).
Kemitraan yang telah berlangsung puluhan tahun antara kedua sekutu NATO itu telah melalui keributan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam lima tahun terakhir karena ketidaksepakatan mereka tentang kebijakan Suriah.
Lainnya, karena hubungan yang lebih dekat antara Ankara dengan Moskow, ambisinya di Mediterania timur, tuduhan AS terhadap bank Turki milik negara, dan erosi hak di Turki.
"Turki telah bekerja sama dengan pemerintahan Demokrat dan Republik dan mengatasi kesulitan dengan keduanya," kata Cavusoglu.
Dia berbicara ketika kandidat presiden dari Partai Demokrat Joe Biden memimpin tipis atas Presiden Donald Trump di negara bagian Georgia, menempatkan Gedung Putih semakin dekat dalam jangkauan Biden ketika negara-negara bagian yang ragu-ragu terus menghitung suara.
Washington telah mengancam akan memberi sanksi kepada Turki karena membeli sistem pertahanan rudal Rusia, tetapi pemerintahan Trump telah menghindari pemberian sanksi tersebut.
"Tentunya individu memiliki dampak, positif dan negatif. Persahabatan yang tulus antara presiden kami dan Tuan Trump berlanjut melalui masa-masa yang paling sulit," kata Cavusoglu.
Para pengamat mengatakan hubungan bilateral Turki bisa terganggu jika Biden menjadi presiden AS. Lira, yang sudah diperdagangkan pada rekor terendah terhadap dolar, bisa mendapat lebih banyak tekanan seandainya Trump terjungkal.
Namun pembantu utama Erdogan, Wakil Presiden Fuat Oktay, mengatakan Ankara tidak takut dengan sanksi.
"Tidak ada negara, termasuk Amerika, yang memiliki kesempatan untuk mengimplementasikan kebijakan luar negeri, program atau kebijakan di wilayah tersebut terlepas dari Turki atau dengan mengecualikan Turki," kata Oktay kepada penyiar A Haber.
"Turki bukan lagi negara yang menyusut, atau takut, sanksi. Sanksi akan semakin meningkatkan tekad dan tekad kami," katanya. Demikian dikutip dari Kantor Berita RMOL
- Ada Delegasi Walk Out, Tak Surutkan Presiden Prabowo Lantang Suarakan Perdamaian
- Batik Indonesia akan Hiasi Museum Moskow Sebulan Penuh
- Dunia Diminta Tidak Berkompromi dengan Taliban Soal Hak Pendidikan Perempuan Afghanistan