Lokasi kecelakaan truk diduga rem blong di Turunan Silayur, Ngaliyan, Kamis (21/11) sore sejak dulu terkenal rawan terjadi kecelakaan. Berkali-kali kejadian kecelakaan dan menelan korban jiwa sering terjadi di lokasi itu.
- DPRD Jateng Rapatkan Pelantikan, Hasil Penetapan Gubernur dan Wakil Gubernur Terpilih Diusulkan ke Kementerian Dalam Negeri
- Wonogiri Berlakukan Larangan ASN Membeli Melon
- JDIH Sukoharjo Undang 4 Institusi Penegak Hukum Demi Tingkatkan Kesadaran Hukum Warga
Baca Juga
Terbaru, kejadian kecelakaan, Kamis (21/11) sekitar pukul 17.00 sore, mengakibatkan 2 orang tewas. Sedangkan korban luka-luka dalam kecelakaan, ada beberapa orang masih mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Melihat seringnya terjadi kecelakaan, Pengamat Transportasi Unika Soegijapranata, Djoko Setijowarno, menilai jalur di Tanjakan Silayur, Ngaliyan terlalu rawan dilalui kendaraan-kendaraan berat. Kontur jalan terjal di posisi tanjakan serta di turunan-nya juga curam, hal itu menyebabkan sistem pengereman kendaraan mesti bekerja ekstra.
Jalan ekstrem rawan terhadap kendala teknis atau malfungsi rem kendaraan khususnya truk angkutan berat. Karena itu tak mengherankan bila sering mengakibatkan kecelakaan rem blong.
"Kan rawan di jalan Turunan Silayur sejak dulu. Sering terjadi kecelakaan truk rem blong. Di lokasi yang sering kecelakaan, posisinya jalur utama Pantura penghubung padat arus lalu lintas kendaraan. Jika sampai terjadi truk rem blong, pasti korbannya banyak melihat medan yang tergolong ekstrem," jelas Djoko, Jumat (22/11).
Wilayah Semarang di kawasan tanjakan Silayur, Djoko menilai, menjadi pemisah dataran tinggi di kawasan BSB dan Ngaliyan yang berada di atas bukit. Di kawasan BSB salah satu pusat perekonomian, banyak sekali industri sehingga lokasi Tanjakan Silayur juga jadi jalur distribusi logistik dilewati truk-truk bahan-bahan keperluan industri. Walaupun padahal, kontur jalannya berbukit-bukit disertai turunan dan tanjakan cukup terjal serta ekstrem.
Mirisnya lagi, di lokasi sering kecelakaan ini, jalur lalu lintasnya pun padat aktivitas. Setiap hari jadi penghubung utama dilalui masyarakat.
Menurut Djoko, di jalur ke arah atas atau tanjakan meski dari bawah terlihat landai. Namun, sebenarnya terjal dan dapat menggambarkan tingkat kemiringan jalan. Sedangkan saat dilalui turun, Turunan Silayur, Ngaliyan, tampak sangat curam. Alhasil, kondisi geografis semacam itu akan membuat para pengendara terlebih truk-truk besar sulit dalam mengendalikan kendaraannya di jalur turunan.
"Bayangkan jalur padat lalu lintas tetapi ekstrem tanjakan dan turunannya. Tentu saja, sering terjadi kecelakaan karena sistem kerja dari kendaraan terbatas tidak dapat sepenuhnya menghentikan kendaraan apalagi seperti truk-truk besar angkutan barang berat, tidak bisa dibayangkan akan sulit sekali berhenti dan melakukan pengereman di jalur turunan. Itu dilihat saja kelihatan, geografis jalannya terjal dan curam dari atas maupun bawah membuat seringnya menyebabkan kecelakaan," terang Djoko menggambarkan tingkat kemiringan di Jalur Silayur, Ngaliyan.
Bila diminta memberikan usulan, Djoko menyarankan pemerintah kota (Pemkot) Semarang demi faktor keamanan, mungkin dapat mendesain ulang turunan dan tanjakan Silayur. Risiko kecelakaan besar sering terjadi penyebabnya jalur tidak aman, curam, dan berbahaya bagi pengguna jalan.
"Pernah dulu direncanakan di desain ulang agar aman bagi pengendara. Tapi butuh proses, dan nyatanya sampai sekarang masih sering terjadi kecelakaan. Opsinya ada beberapa sebenarnya, jalur disesuaikan agar aman dilalui. Bisa di lokasi turunan di perbaiki dengan melakukan proses konstruksi membuat lebih datar. Atau sekalian di non aktifkan dan pemerintah bisa menyiapkan jalur baru yang lebih aman," penjelasan Djoko beri masukan.
- Kenapa Jiwa, Semangat, Dan Nilai Juang '45 Masih Penting Buat Kita?
- Bill Gates Dan Donasi Yayasannya Kepada USAID
- Keluarga Darso Minta Kasusnya Segera Diselesaikan