Upaya Melepas Ketergantungan Impor, BI Solo Gelar Pelatihan Petani Bawang Putih

Bank Indonesia terus melakukan pendampingan petani untuk meningkatkan produktivitas hasil pangan. Salah satunya yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Solo yang melakukan pelatihan dan pendampingan petani bawang putih Tawangmangu Karanganyar dan Selo Boyolali.


Bank Indonesia terus melakukan pendampingan petani untuk meningkatkan produktivitas hasil pangan. Salah satunya yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Solo yang melakukan pelatihan dan pendampingan petani bawang putih Tawangmangu Karanganyar dan Selo Boyolali.

"Bawang putih termasuk komoditas pangan strategis, yang ikut mempengaruhi inflasi karena 85% kebutuhan bawang terpenuhi dengan impor. Untuk itu BI melakukan pendampingan untuk mendorong optimalisasi produksi dalam negeri, diantaranya dengan membina petani bawang," ungkap Kepala KPwBI Solo, Nugroho Joko Prastowo, saat membuka program capasity building petani bawang di Selo, Boyolali, Senin (14/6/2021).

Sebanyak 40 petani bawang putih dari desa Pancot, Tawangmangu, kabupaten Karanganyar dan desa Senden, Selo, kabupaten Boyolali, binaan BI Solo, ikut dalam program yang digelar selama tiga hari tersebut.

Pelatihan difokuskan untuk penerapan Good Agricultural Practices (GAP), Teknologi Pertanian dengan perlakuan Ultrafine Bubbles dan Teknologi penyinaran lampu ultraviolet untuk budidaya bawang putih.

Kegiatan tersebut melibatkan Pakar Teknologi Ultrafine Bubbles dari Institut Pertanian Bogor dan innovator penyinaran ultraviolet tenaga surya untuk lahan pertanian bawang putih dari Universitas Brawijaya Malang.

Capacity building ini akan dilanjutkan dengan pembuatan demonstration plot/demplot uji coba perlakuan teknologi ultrafine bubbles sebagai media pembelajaran bagi kelompok tani.

Selain itu, peserta juga akan mempraktikkan teknologi penyinaran lampu ultraviolet untuk meningkatkan produktivitas bawang putih.

"Penggalakan kembali produksi bawang putih lokal merupakan bagian dari strategi pengendalian inflasi dengan meningkatkan ketahanan pangan dan mengurangi ketergantungan impor," imbuh Nugroho.

Ke depan, diharapkan keberadaan bawang putih lokal yang masih dianggap kurang berkualitas dibanding bawang putih impor dapat dipatahkan melalui pengembangan varietas bawang putih unggul berdasarkan kualitas produk, fisik, dan harga yang bersaing.

Diketahui BI Solo sudah membina petani bawang putih Tawangmangu sejak 4 tahun lalu, sedangkan petani Selo baru dibina mulai bulan Desember 2020.

Selain itu, keberadaan para petani milenial di Senden, Selo, Boyolali, diharap dapat menjadi penyemangat generasi milenial untuk menekuni dunia pertanian sebagai jawaban atas tantangan pertanian akan minimnya generasi muda petani.