Viral Donasi Sayur Selama Covid-19, Dusun di Magelang Ini Jujugan Wisata Petik Sayur Gratis

Sempat viral gegara rutin berdonasi sayur mayur selama pandemi Covid-19, Dusun Bandongan Wetan, Desa Ngablak, Kabupaten Magelang belakangan menjadi jujugan wisata petik sayur hortikultura secara gratis.


Tak ada tarif yang dipatok. Tidak juga menerapkan tiket masuk. Bahkan, sayur yang telah dipetik pun tidak diperkenankan untuk dibayar dan dipersilakan dibawa pulang secara gratis.  Tak hanya kemurahan hati penduduknya, wisatawan akan disuguhi keramahan serta 'guyup' warganya membuat betah berlama-lama menikmati hijauannya hamparan budidaya tanaman kebun dihasilkan tangan-tangan 'dingin' petani setempat. 

Kearifan lokal inilah yang membuat para wisatawan datang ingin menyaksikan dari dekat sekaligus menyusuri Dusun yang diawal Covid-19 sempat di 'lockdown' selama kurang lebih satu bulan lamanya itu  Bahkan, mereka yang datang bukan hanya warga sekitar Ngablak tapi juga masyarakat asal Salatiga, Yogyakarta, Semarang hingga Demak. 

"Kami mengenal warga Desa Bandongan Wetan Ngablak ini saat warga setempat donasi sayur mayur hasil pertanian setempat ke berbagai daerah terdampak Covid-19 di Jawa Tengah," kata AKBP (P) Rugaya Renwarin SH MM, warga asal Salatiga saat ditemui mengaku beberapa kali menjadi guide bagi rekan-rekan satu letting di Korps Bhayangkara. 

Menuju Dusun Bandongan Wetan, Ngablak Kabupaten Magelang tidak terlalu sulit.  Berada di tengah-tengah antara Kota Salatiga atau pun Kota Magelang, Dusun Bandongan Wetan, Ngablak tepat di sisi Selatan Pasar Ngablak. 

"Dari Pasar Ngablak menuju Dusun Bandongan Wetan sekitar satu kilometer," ungkap tenaga pengajar di Kampus Islam, Salatiga itu.  Ngablak sendiri, berjarak sekitar 37 Km dari Kota Mungkid, Ibu Kota Kabupaten Magelang ke arah timur laut.  Pusat pemerintahannya berada di Desa Ngablak. Kecamatan Ngablak terletak di dataran tinggi dengan ketinggian rata-rata 1.370 MDPL. 

Dengan jalan sedikit menurun, sambil menyusuri jalan beton dua arah usai melewati Lapangan Suro Krido, wisatawan yang datang akan langsung disuguhi tiga gunung sekaligus yakni Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo serta Gunung Andong. 

"Dan jika beruntung, tak tertutup kabut mereka yang datang akan disuguhi 'kecantikan' puncak Gunung Merapi," ucap mantan Wakapolres Salatiga yang juga pernah menjadi Tenaga Pendidik Madya Pusdik Binmas Lemdiklat Polri di Banyubiru, Ambarawa ini lugas.  

Menuju hamparan pertanian, pengunjung akan langsung didampingi Kepala Dusun (Kadus) Bandongan Wetan Hadi Sumarno.  Hadi menyebutkan, dengan 150 Kepala Keluarga (KK) total 600 jiwa Dusun Bandongan Wetan seluruhnya berprofesi petani secara turun-temurun.  "Kami terbiasa menerima tamu yang ingin menikmati pemandangan pertanian. Warga kami terbuka menerima tamu yang ingin ikut petik sayur," ucap Hadi Sumarno. 

Dengan luas lahan lebih dari 300 hektar lahan pertanian, petani setempat menerapkan sistem tanam tumpang sari.  "Sehingga, mereka ingin merasakan petik bisa memetik apa saja sayur mayur yang diinginkan," paparnya. 

Kekayaan hati yang dimiliki warga Bandongan Wetan, Ngablak tidak berhenti sampah disitu saja. Bagi wisatawan yang menginginkan sayur mayur hasil petik sendiri dapat membawa pulang tanpa harus mengeluarkan ongkos untuk dibayar. 

"Keistimewaan warga Bandongan Wetan, Ngablak tidak akan menerima uang sebagai ganti sayur mayur yang kita petik. Mereka merasa apa yang dipetik bagian dari berbagi," tambah Nur Syaefudin, seorang petani muda setempat. 

Warga Dusun Bandongan Wetan, juga telah ditanamkan untuk berbagi dengan menyisihkan sekitar 20 persen pertanian bagi masyarakat yang membutuhkan.  "Desa mendonasikan sayur mayur yang dimiliki kekayaan alam setempat. Donasi sayur ini sekaligus menanamkan rasa kebersamaan, membangun dan menyumbang," imbuhnya. 

Apresiasi juga dilontarkan Ketua DPRD Salatiga Dance Ishak Palit. Dance yang beberapa kali berkunjung ke Dusun Bandongan Wetan untuk memetik sayuran bersama kerabat dan keluarga, sambil menikmati pemandangan sejuk alam yang disuguhkan sangat kagum dengan kehidupan warga Bandongan Wetan. 

"Mereka berbagi kepada masyarakat yang tidak ada hubungan darah, tidak pula melihat agama, suku, ras semata-mata ingin berbagi dan ikut merasakan bagaimana terdampak Covid-19," ungkap Dance.  Tak melulu memetik sayur mayur, wisatawan yang datang tak jarang hanya memanfaatkan titik-titik spot foto bak dalam lukisan tangan karya maestro untuk diabadikan sebagai kenang-kenangan.