16 Rumah Terdampak Longsor, Pemkot Tawarkan Rusunawa

Longsor yang mengakibatkan 16 rumah di Bumi Manyaran Permai RW V Kelurahan Sadeng rusak parah membuat penghuni tidak dapat menempati rumah tinggal mereka.


Longsor yang mengakibatkan 16 rumah di Bumi Manyaran Permai RW V Kelurahan Sadeng rusak parah membuat penghuni tidak dapat menempati rumah tinggal mereka.

Mereka yang kehilangan rumah terpaksa harus mengungsi ke sanak saudara.Meski demikian, pihak kelurahan sudah menyiapkan tempat untuk tinggal sementara, bahkan Pemerintah Kota Semarang juga menawarkan warga terdampak untuk menempati rusunawa milik Pemkot.

Namun warga RT 01, 05 dan 07 yang terdampak paling parah memilih tinggal sementara di rumah kerabat.Data 16 rumah terdampak, perinciannya, delapan rumah ada di RT 01, enam rumah ada di RT 07, dan dua rumah di RT 05.

Puluhan rumah lainnya mengalami retak-retak pada tembok dan lantai, namun masih ditempati hingga saat ini.

Meski sudah memberikan penawaran terkait tempat tinggal, namun Pemerintah Kota Semarang belum melakukan penanganan lebih lanjut terkait longsor tersebutHingga kini, daerah longsoran masih dibiarkan, belum diberi bronjong. Akibatnya, warga khawatir jika hujan kembali datang dan longsoran semakin parah dapat merembet rumah-rumah lainnya.

Seksi Pembangunan RW V, Susilo mengatakan pergeseran tanah sudah terjadi sejak setahun terakhir, dan hingga kini kondisinya semakin parah hingga dua hari terakhir beberapa rumah longsor terbawa tanah yang sudah terkikis akibat aliran air hujan dan arus air didalam tanah yang berasal dari saluran air rumah warga.

"Resapan air dari rumah tangga ini tidak bisa diantisipasi, akhirnya air lari ke tempat yang lebih rendah dan menyebabkan retakan tanah hingga longsor seperti ini," ujar Susilo, Senin (1/3).

Susilo berharap Pemkot turun tangan membangun bronjong agar tak terjadi longsor susulan.

"Pembangunan bronjong misalnya, agar tidak lagi ada pergerakan tanah, waktu itu memang sudah ada tapi belum dilanjutkan kembali," ungkapnya.

Susilo mengatakan jika sebelumnya sempat ada wacana pembangunan bronjong sepanjang 250 meter untuk mengantisipasi pergerakan tanah pada tahun 2020 lalu, melalui anggaran daftar isian pelaksanaan anggaran (Dipa).

"Namun belum sempat terlaksana karena katanya buat penanganan Covid-19, kami minta agar bronjong ini direalisasikan karena longsoran tanah sudah mengancam keselamatan warga," ungkapnya. [sth]