Ancaman PKS keluar dari koalisi 'Kartanegara' dinilai sebagai hal wajar. Hal itu buah dari kekecewaan karena Gerindra yang dikomandoi Prabowo Subianto lebih memilih Demokrat sebagai mitra utama koalisi.
- Haji Ischak Maulana Rohman, Dapat Dukungan dari NU Maju di Pilbup Tegal 2024
- Gandeng 120 Relawan, Moeldoko Center Siap Menangkan Prabowo Gibran
- FPII Tolak Usulan Polri Di Bawah Kemendagri
Baca Juga
"Sudah lama pacaran tapi Gerindra malah nikah sama Demokrat. Tentu menyakitkan bagi PKS," ujar analis politik dari Universitas Syarif Hidayatullah Jakarta, Adi Prayitno, kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (1/8).
Adi memahami bahwa PKS berharap besar Gerindra memilih salah satu kadernya sebagai cawapres Prabowo di Pilpres 2019. Hanya saja, kata dia, PKS dilematis ketika harus angkat kaki dari koalisi 'Kartanegara'.
"Sekarang PKS dilematis, sakit hati karena ditinggal Gerindra tapi tak mungkin ke Jokowi karena terlanjur kampanye ganti presiden. Simalakama yang cenderung mempesulit diri sendiri," jelasnya.
Ancaman sebelumnya disampaikan Direktur Pencapresan PKS Suhud Aliyudin. Dia mengatakan PKS mempertimbangkan opsi abstain di Pilpres 2019 jika akhirnya tak ada kader PKS yang dipilih jadi cawapres dalam bangunan koalisi dengan Gerindra, PAN, dan Partai Demokrat.
"Itu salah satu opsi yang mungkin diambil kalau memang situasinya tidak memungkinkan, tapi itu tergantung pembahasan pimpinan DPP dan Majelis Syuro. Kira-kira sikap resmi PKS itu seperti apa ketika ada nama lain yang diusulkan," kata Suhud.
- Bawaslu Beri 134 Saran Perbaikan Selama Proses Coklit Untuk Pilkada 2024
- Jalan Kaki Didampingi Keluarga, Cabup Ilyas Akbar Gunakan Hak Pilihnya Di TPS 07
- Rakor Kewaspadaan Dini Jelang Pilkada, Kasitel Kejaksaan : Dampak Polarisasi Masyarakat Masih Terasa