Angka Kecelakaan Kerja Jawa Tengah Turun 48 Persen

Angka kecelakaan kerja di Jawa Tengah pada 2018 mengalami penurunan 48 persen dibanding tahun 2017 yang sebanyak 3.083 kecelakaan kerja.


Di tahun 2018, kecelakaan kerja di Jawa Tengah terjadi sebanyak 1.468.

Hal itu disampaikan Kepala Disnakertrans Provinsi Jawa Tengah, Wika Bintang saat upacara peringatan Bulan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Lapangan Pancasila Simpanglima Kota Semarang, Selasa (29/1).

"Meski demikian, penurunan ini tidak berarti kita berpuas diri, karena kemandirian masyarakat Indonesia berbudaya K3 di tahun 2020 yang dicanangkan pemerintah pusat masih memerlukan kerja keras. Peran aktif dan kerja kolektif dari semua elemen diperlukan untuk mewujudkan cita-cita itu," kata dia.

Penurunan angka kecelakaan kerja tersebut lanjut dia terjadi karena kesadaran masyarakat tentang K3 sudah mulai diperhatikan.

Dunia kerja saat ini sedang berlomba menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera serta terbebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

"Budaya K3 akan terus kami gerakkan baik kepada para pekerja, asosiasi buruh, pengusaha, manajemen perusahaan dan masyarakat. Semua harus terlibat dan bertanggungjawab untuk mendorong terwujudnya budaya K3 ini," terangnya.

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta semua elemen untuk peduli dalam upaya menekan angka kecelakaan kerja.

Tidak hanya para pekerja sendiri, asosiasi buruh dan pekerja, pengusaha, manajemen perusahaan dan masyarakat juga harus ikut bergerak untuk melakukan sosialisasi pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

"Saya meminta semua elemen dunia kerja makin sadar dan berbudaya K3. Semua harus gencar melakukan sosialisasi, memberikan pelatihan dan pengusaha melengkapi peralatan sehingga para pekerja terhindar dari cidera, meninggal atau terjangkit penyakit berbahaya," ucap Ganjar.

Dengan budaya K3, lanjut Politisi PDI Perjuangan itu, maka dunia kerja akan berlangsung aman, nyaman dan produktif. Semua sistem harus berjalan dengan baik, terlatih dan memahami budaya K3.

"Tentu seandainya masih terjadi kecelakaan kerja, ada BPJS Ketenagakerjaan yang membackup. Namun sebisa mungkin hal itu tidak terjadi," tambah Ganjar.

Disingung tentang mayoritas tenaga kerja di Indonesia adalah lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sehingga sulit menerapkan kesadaran budaya K3, Ganjar mengatakan hal itu bisa diantisipasi.

"Meski banyak yang SMP, namun harus terus update pengetahuan mereka tentang keselamatan kerja ini. Tentunya, sosialisasi adalah hal utama untuk menumbuhkan kesadaran keselamatan kerja menjadi budaya," pungkasnya.