Gerakan Pemuda Ansor mendesak pemerintah untuk segera melakukan langkah pencegahan bahaya terorisme yang kian masif belakangan ini, di samping tindakan tegas penegakan hukum.
- Kebakaran Melalap Kandang di Pati, Enam Ekor Hewan Peliharaan Mati
- Kakak Adik Tewas Hanyut di Sungai Luk Ulo Kebumen
- Polisi Terus Dalami Kebakaran Pasar Induk Cepu
Baca Juga
Komandan Densus 99 Barisan Ansor Serbaguna (Banser) PP GP Ansor, M Nuruzzaman mengatakan, aksi terorisme masih terjadi sehingga pemerintah perlu secepatnya merespon dengan melakukan sejumlah langkah antisipatif.
Dia menambahkan, pemerintah bersama elemen masyarakat harus membersihkan virus intoleransi di masyarakat. Tak hanya itu, termasuk di sejumlah instansi pemerintah seperti kementerian, BUMN, Polri, kampus-kampus.
"Intoleransi adalah bibit dari radikalisme dan terorisme. Makanya harus dikikis habis. Teroris yang ditangkap di Riau mengaku memperoleh dana dari pegawai BUMN. Ini kan miris," kata dia saat dihubungi, Kamis (17/5).
Dia menambahkan, yang juga perlu diwaspadai adalah banyak birokrat atau Aparatur Sipil Negara (ASN) telah terpapar dengan paham dan ideologi intoleran dan radikal. Para ASN bisa kita amati di media sosial, banyak yang tidak percaya terhadap aksi teroris di beberapa tempat belakangan ini. Nuruzzaman menyebutkan, mayoritas masjid di instansi pemerintah menjadi ladang menyemai paham intoleran dan cenderung radikal.
Berdasarkan data pemetaan kami, masjid di kementerian keuangan, BI, Pertamina, PLN, Telkom, sudah terpapar. Masjid di kampus IPB, ITB, UI dan lainnya. Termasuk juga masjid di kepolisian. Bahkan, banyak anggota polisi yang sudah tertarik dengan ideologi Islam transnasional," tandasnya.
Selanjutnya, dikatakan Nuruzzaman, pemerintah juga harus melakukan mitigasi dengan cara mendorong pengesahan revisi UU Antiterorisme dan melakukan pemetaan potensi terorisme dan radikalisme di Indonesia. Pemetaan dilakukan berdasarkan wilayah, tokoh, dan potensi kekerasan di daerah. Langkah ketiga, melakukan deradikalisasi bagi pelaku dan keluarga pelaku.
Langkah ini kita sebut sebagai post radikalisme. Bagaimana membimbing pelaku atau keluarga pelaku agar kembali ke kehidupan yang benar. Ini berat," pungkasnya.
- Tiga Motor dan Empat Sepeda Angin Hangus di Kabakaran Tanggungharjo Grobogan
- Toko Sembako di Kejobong Purbalingga Terbakar
- Ratusan Mahasiswa di Semarang Tolak Efisiensi Anggaran