Bayi Aira, Alami Gagal Jantung dan Komplikasi Butuh Uluran Tangan

Bayi bernama Aira Cahya Mekarsari (15 bulan) anak ketiga pasangan suami istri Ratno Mekarsari-Dian Aruna Mahesi warga Griya Sari Permai RT 01/RW VII Blok C No 7, Sukosari, Jumantono Karanganyar terus berjuang untuk sehat seperti balita selayaknya.


Pasalnya kondisi Aira berbeda dengan balita lainnya. Bayi Aira yang lahir pada 2 April 2021 pertumbuhannya mengalami keterlambatan. Bobot tubuhnya hanya 5,3 kilogram saja.

Lebih memprihatinkannya lagi ternyata Aira diduga menderita komplikasi beberapa penyakit. Mulai jantung bocor, gizi buruk juga separuh badan di sebelah kiri hingga bagian mata dan satu pendengarannya bermasalah. 

Ayah Aira hanyalah buruh serabutan, itupun juga tidak setiap hari ada pekerjaan. Rumah masih mengontrak dan u+ntuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sudah kesulitan. Apalagi untuk biaya pengobatan putri bungsunya mereka sangat kesulitan.  

Sebagai buruh serabutan, ayah Aira pulang membawa uang Rp.50 ribu- Rp60 ribu. Itupun juga habis untuk makan.  Sementara Aira butuh pengobatan intensif. Meski memiliki KIS namun tidak bisa mengcover semua biaya perawatan Aira.  

"Sejak usia empat bulan, harus rutin kontrol ke RS (Dr spesialis jantung)  minimal 3 kali sebulan dengan uang pribadi," jelas Dian, ibu Aira kepada wartawan, Rabu (6/7).

Belum lagi untuk alat penunjang medis lain (bantu dengar)  yang harganya sekitar Rp. 20 juta sepasang juga masih jauh dari jangkauan pasutri ini. 

"Biaya itu tidak di cover BPJS KIS," keluhnya.  

Menurut ibunda Aira, kondisi putrinya yang belum mendapatkan perawatan maksimal juga membuat tim dokter belum berani mengambil tindakan. Harusnya Aira menjalani CT scan untuk mengetahui seluruh kondisi fisik Aira. 

"Namun berat badan Aira hanya 5 kilo menjadi kendala,  karena untuk menjalani CT Scan bobotnya minimal 10 Kg," imbuhnya.  

Berat badannya sulit naik karena tidak semua makanan bisa masuk. Aira tidak bisa minum air putih,  tidak boleh sembarangan minum susu.  Dokter merekomendasikan susu khusus (sufor Blenuten) dan harganya sangatlah mahal. 

"Makan nasi juga yang halus,  terkadang jika ada uang dibuatkan jus buah. Untuk susu ya semampunya harganya mahal, carinya juga susah," tuturnya.  

Melihat kondisi Aira, anggota DPRD Karanganyar dari fraksi PDIP,  Endang Muryani menyempatkan diri secara langsung menengok kondisi bayi Aira.  Dirinya mengaku prihatin dan terenyuh melihat kondisi bayi Aira.  Terlebih lagi KIS yang dimiliki tidak bisa mengcover penyakit Aira.  

Melihat kondisi yang ada, dirinya berharap ada terobosan dengan kebijakan Pemkab Karanganyar untuk membantu pengobatan Aira. Salah satu tujuannya agar penyakitnya bisa segera tertangani. 

"Saya berharap Pemkab segera turun tangan untuk memberikan bantuan sesuai yang dibutuhkan (pengobatan)," pungkasnya.