Bedug Bertalu-talu Menjadi Simbol Akan Datangnya Bulan Ramadan 

Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, Memukul Bedug Di Masjid Agung Semarang (MAS) Kauman Dalam Rangkaian Dugderan Menyambut Ramadan, Sabtu (09/03). Umar Dani/RMOLJateng
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, Memukul Bedug Di Masjid Agung Semarang (MAS) Kauman Dalam Rangkaian Dugderan Menyambut Ramadan, Sabtu (09/03). Umar Dani/RMOLJateng

Pemukulan bedug oleh Walikota Semarang dan letusan petasan menjadi simbol bahwa telah datang bulan Ramadan penuh mulia.


Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu yang didapuk memerankan tokoh Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Probodiningrum, memukul bedug bertalu-talu setelah membacakan Suhuf Halaqah di Masjid Agung Semarang (MAS) Kauman, Sabtu (09/03).

Dengan  mengenakan kebaya encim berjilbab merah dengan perpaduan kain batik hitam putih, Mbak Ita disambut oleh Tafsir Anom setelah pawai arak-arakan dari Balai Kota Semarang. Sebelum masuk masjid, Mbak Ita dipersilakan meminum air khataman Al-Quran.

Sebagai Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Probodiningrum, Mbak Ita membacakan Suhuf Halaqah dalam bahasa Jawa kromo. Pengumuman masuknya bulan suci umat Islam tersebut dilakukan di hadapan warga Kota Semarang tepat di serambi masjid.

"Semoga dalam menunaikan ibadah puasa semua warga Kota Semarang dapat meningkatkan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan nista," kata Mbak Ita dalam bahasa Jawa kromo.

Dalam pembacaannya, orang nomor satu di Kota Semarang tersebut juga berharap dengan datangnya bulan suci Ramadan dapat memberi berkah bagi seluruh warganya.

"Semoga memberi anugerah dan barokah untuk seluruh masyarakat Kota Semarang. Baik tenteram, damai, gemah ripah loh jinawi," ujarnya, lagi.

Prosesi menyongsong Ramadan yang disebut Dugderan tersebut dilanjutkan dengan pemukulan beduk dan penyalaan meriam. Mbak Ita secara langsung memukul beduk sebagai tanda Ramadan akan segera tiba.

Kemeriahan menyambut Ramadan makin terlihat ketika Mbak Ita membagikan roti ganjel rel dan kue keranjang di Aloon-Aloon Masjid Agung Semarang. Iringan rebana dari pengurus masjid makin membuat suasana meriah.

"Saya datang bersama anak-anak dan keluarga dari Pedurungan, kehujanan dari rumah untuk menyaksikan pembacaan Suhuf Halaqah," kata Marno (47), masih mengenakan jas hujan saat ditemui RMOLJateng.

Meski pun dalam guyuran rintik hujan, warga tetap saling rebut roti ganjel rel dan kue keranjang yang dibagikan Kanjeng Mas Ayu Tumenggung Probodiningrum.

"Ini rebutan (roti ganjel rel-red) adalah berkah menyambut datangnya puasa," kata warga Pedurungan. Dia menyebut dirinya setiap tahun selalu datang menyaksikan prosesi Dugderan.