Bonsai Santigi, Tanaman Keras Yang Diolah Jadi Indah

Di musim kemarau yang berkepanjangan ini, tidak harus selalu dirasakan dengan hati susah.


Ada kegiatan yang dapat dilakukan seiring dengan teriknya cuaca beberapa waktu terakhir ini.

Seperti yang dilakukan oleh seorang pengrajin bonsai asal Semarang, Imam Sutandyo. Di saat cuaca yang panas ini, Imam justru semakin giat mengembangbiakkan bonsai dari tanaman Santigi atau biasa dikenal dengan nama Stigi.

Imam mengaku telah lebih dari 15 tahun membuat bonsai Stigi. Menurutnya, tanaman dengan nama latin Pemphis acidula itu memiliki karakteristik yang kuat dan gak berbeda dari tanaman lainnya.

"Saya merasa tanaman ini mempunyai karakter yang unik. Tanaman keras, hidupnya di dataran rendah (panas) dan media tanamnya pasir. Jika tidak telaten tanamannya bisa mati cepat," kata dia saat ditemui di rumahnya, Jalan Pusponjolo Barat 11 nomor 6, Semarang Barat, Kamis (12/9).

Imam mengaku dirinya sudah sejak tahun 95 belajar membuat bonsai. Baginya, membuat bonsai merupakan kegiatan yang sangat mengasyikkan. Tak hanya menjadi hobi semata, Imam justru sering mendapatkan penghasilan tambahan dari menjual bonsai.

Saat ini, menurutnya Bonsai Santigi memiliki pasar yang kuat. Hal itu, lanjutnya, dikarenakan rumitnya perawatan bonsai tersebut sehingga memiliki harga yang fantastis.

"Bagi yang awal belajar membuat bonsai (Santigi) ini memang rumit. Salah perawatan, bisa mati. Tapi kalau belajar terus, dan mau menekuni hasilnya menyenangkan sekali," tambah dia.

Lebih jauh, Imam menerangkan merawat Bonsai Santigi dengan baik. Dia mengatakan jika Bonsai Santigi perlu disirami minimal dua kali sehari.

Selain itu, Santigi juga harus dijemur pada saat-saat tertentu. Bukan hanya itu, media tanam yang digunakan pun perlu diolah secara khusus agar Santigi dapat mudah berkembang.

"Media tanamnya pasir namun diolah dengan pupuk. Saya sering membuat sendiri yang menurut saya pas dengan karakter Santigi. Kalau masih di bawah empat bulan jangan diberi pupuk, nanti bisa mati. Lebih dari itu tidak masalah," paparnya.

Kini, Imam sedang tertarik dengan Bonsai Santigi model forest dan tegak. Baginya, model forest memiliki keindahan tersendiri. Sementara model tegak, menjadi daya tarik baginya dalam mengolah bonsai.

"Ini yang sedang saya tawarkan ke teman-teman sesama pembuat bonsai. Model forest terdiri dari beberapa tegakan yang dikumpulkan, sehingga seperti hutan," tambah dia.

Lantaran ingin terus mengembangkan tanaman bonsai, Imam mengaku telah membuat komunitas di daerah Mangkang Kulon, Semarang. Dia bersama teman-temannya membuat komunitas bernama Persatuan Pembolang Bonsai Semarang Plumbon (PPBSP).

Kata dia koleksi bonsai yang telah dimiliki oleh komunitasnya itu sudah mencapai ratusan tanaman.

"Kalau koleksi sudah banyak sekali. Tapi kami masih terkendala lahan sehingga belum bisa maksimal," pungkas dia.