BPBD Kabupaten Tegal Mitigasi Bencana dengan Teknologi Baru

Kepala BPBD Kab Tegal, Afifudin saat meninjau banjir di pemukiman warga Desa Sidaharja, Kab Tegal. Sofia/RMOLJateng
Kepala BPBD Kab Tegal, Afifudin saat meninjau banjir di pemukiman warga Desa Sidaharja, Kab Tegal. Sofia/RMOLJateng

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal terus memperkuat upaya mitigasi guna mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh bencana alam.

BPBD melakukan mitigasi bencana dengan membagi dua bencana. Yakni bencana kekeringan dan bencana hidrometrologi (bulan basah-red), yang menjadi langkah penting dalam menjaga keselamatan masyarakat serta meminimalkan kerugian ekonomi dan infrastruktur.

Hal tersebut dikatakan Kepala BPBD Kabupaten Tegal, Afifudin di kantor BPBD, Kamis (13/2).

"Sebelum memastikan langkah mitigasi, kita mengenal 2 jenis bencana. Kemudian bupati membuat kebijakan peraturan terkait tentang penanggulangan bencana,” katanya.

“Perda yang terkait dan dokumen perencanaan penentuan seperti perda dokumen perencanaan, Dokumen penetapan kawasan daerah rawan bencana kemudian di SK kan. Mana banjir, area gunung meletus, tanah longsor yang semuanya didokumentasikan. Namanya kajian resiko bencana dan ada kawasan-kawasan resiko bencana kontigensi yaitu kesiapan kita seperti apa? Dan dari sdm dari mana saja," papar Afif melanjutkan.

Adapun sosialisasi kepada masyarakat dari pihaknya sudah melakukan di wilayah terdampak banjir bahkan jauh sebelum bencana melanda.

"Tahapan-tahapan sudah di laksanakan. Seperti bagaimana harus mengantisipasi saat banjir datang hingga pada tahapan distribusi sembako. Siapa yang memasak, yang membantu korban, dan lain lain," ungkapnya.

Dalam hal ini pihak BPBD juga menggunakan teknologi terbaru yakni alat pendeteksi potensi bencana alam, seperti tanah longsor dan banjir, INAT EWS (Early Warning System/EWS) yakni sistem peringatan dini.

"Jadi setiap dua jam sekali, akan rilis terkait dengan daerah mana saja yang akan terjadi hujan beserta nama wilayahnya," sebutnya.

Afif juga menyampaikan relawan yang terlatih ada 450 orang lebih. Dengan pelatihan menitik beratkan pada kemampuan fisik saat ada destana. Dan pihaknya terbuka jika ada desa yang ingin mendapatkan pelatihan.

"Sebagai contoh jika kepala desa membuat desa tangguh bencana, lalu  mengundang pemuda di desa untuk dilatih , maka akan kita latih sampai ke teknis. Bahkan kaum Ibu akan dilatih untuk persiapan dapur umum," jelas Afif.

Pihaknya juga terus aktif melakukan evaluasi bencana salah satunya kelalaian dari warga yang membuat drainase rumah yang tertutup sehingga berakibat ketidak mampuan limpasan air dan menyebabkan banjir.

Kedepan Afif berharap tidak terjadi lagi. Selain melakukan evaluasi, BPBD Kabupaten Tegal juga menganalisa serta mendeteksi penyebab luapan air sungai agar ada solusi untuk ke depan.

Yakni dengan menata kelokan tajam sungai di Sidaharja yang diperkiraakan akan menelan angaran besar hingga mencapai 50 milyar dimana hal itu merupakan kewenangan Provinsi.