Tak banyak yang tahu ada nama Desa Kohod, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang. Lokasinya pun di mana, bisa jadi (tak masuk) di peta setitik kecil saja. Tetapi heboh ‘Pagar Laut’ jadi panggung yang meroketkan desa ini.
- Pagar Laut, Panggung atau Penjara Untuk Siapa (2)
- KPK Segera Dalami Laporan Abraham Samad Soal Pagar Laut Tangerang
- Datangi Kejagung, MAKI Laporkan Dugaan Korupsi Pagar Laut Tangerang
Baca Juga
Bukan hanya terkenal, (maaf) gara-gara proyek kontroversial (pagar laut) Desa Kohod, Pakuhaji tak luput jadi tercemar juga.
Segendang sepenarian, sang Kepala Desa Kohod, Arsin bin Sanip, tiba-tiba jadi pesohor. Bagai bintang sinetron dadakan banyak media, bukan hanya mencari, tetapi juga memburunnya.
Media massa lokal, regional, bahkan internasional terus mencari untuk menjadi narasumber ‘kunci’.
Arsin yang ‘hanya’ seorang Kepala Desa dan daerahnya bukan di episentrum kekuasan tetapi begitu memagnet.
Siapa Arsin sang Kades fenomenal ini?. Seperti banyak media lansir, sosoknnya, Arsin bin Sanip memang warga asli Kohod. Masa kecilnya tidak begitu beruntung, hidupnya sangat sederhana.
Pernah jadi kuli bangunan, kemudian beralih profesi, yakni marketing ‘Bank Kelililing’, dia keliling ke mana-mana menawarkan pinjaman. Pekerjaan jadi marketing ‘bank thitil’ ini memberi banyak pengalaman, juga relasi.
Hidup Arsin berubah setelah terpilih menjadi Kepala desa pada 2021. Dia mencoba peruntungan dengan masuk dunia pemerintahan.
Pada 2019, dia mencalonkan diri sebagai Kades Kohod, tetapi gagal. Saat itu juga, dia diangkat menjadi Sekretaris Desa (Sekdes).
Pada Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) 2021, Arsin kembali mencalonkan diri dan berhasil terpilih hingga saat ini.
Sejak menjabat sebagai kades, kekayaannya meningkat pesat. Kekayaannya yang mulai banyak juga itu, mungkin karena proyek di kawasan PIK. Pokoknya semenjak ada proyek di sana (PIK) fasilitasnya bertambah.
Di rumah, berjejer mobil-mobil, konon ada Rubicon, tetapi saat digeledah APH (aparat penegak hukum) Selasa, 28 Januari 2025, hanya terlihat dua mobil, yaitu Honda Civic dan mobil dinas Xenia, serta beberapa sepeda motor.
Mangkir dari Panggilan Bareskrim Polri
Bukan hanya media yang memburu Arsin, Bareskrim Polri juga membidiknya ikhwal proyek kontroversial itu (pagar laut). Namun meski diminta klarifikasi pihak polisi dia (Arsin) mangkir alias tidak datang memenuhi panggilan. Bareskrim Polri pun melayangkan panggilan itu atas permintaan Kejaksaan Agung.
Kejaksaan Agung saat ini sedang mengusut kasus dugaan korupsi di balik terbitnya Sertifikat Hak Guna Bangun (SHGB) dan Sertifikat Hak Milik (SHM) di area pagar laut Tangerang.
Sementara Bareskrim Polri mengusut dugaan pemalsuan dokumen terkait terbitnya SHGB dan SHM pagar laut.
Penyidik akan kembali memanggil 25 orang saksi dalam kasus pagar laut tersebut. Hasil pemeriksaan itu akan menjadi afirmasi atas hasil penelitian sebelumnya yang telah dilakukan pihak Bareskrim Polri dan Kejaksaan Agung.
Intinya, bagaimana penelusuran kasus ini tinggal menunggu waktu. Bagaimana ikhwal pemalsuan surat hak guna bangunan (SHGB) dapat terjadi dan praktik-praktik lancung lain dapat dikuak sampai ke dalangnya.
Raibnya Arsin yang mangkir dari panggilan Bareskrim menyulut reaksi warga Kohod. Mereka membentuk gerakan bernama Gerakan Tangkap Arsin. Kepala Desa (Kades) Kohod, Arsin bin Asip, diduga menghilang setelah mencuatnya kasus pagar laut di pesisir utara Tangerang.
Sebelumnya, ia juga sempat bersitegang dengan Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN), Nusron Wahid. Gerakan Tangkap Arsin digagas oleh kelompok Laskar Jiban, yang diketuai oleh Aman Rizal. Kelompok ini beranggotakan 400 orang, termasuk warga Kampung Alar Jiban, lokasi tempat pagar laut berada.
Akankah Aguan Kembali Lolos
Sugianto Kusuma lebih populer dengan Aguan menjadi nama yang banyak di mesin pencari. Jika di bumi (mengistilahkan pagar laut di Kohod) ada Arsin bin Sanip tokoh yang menjadi garda depan, maka nama Aguan tak luput sering disebut juga.
Siapa sesungguhnya sosok Aguan, apa kaitannya dengan pagar laut??. Aneh bin ajaib meski banyak disebut, tetapi tak sekalipun sang tokoh (Aguan) memberi konfirmasi.
Satu hal mendasarkan pada logika publik, tetapi bukan fakta yuridis, lebih ke persepsi anatomis Aguan adalah bos PT Agung Sedayu selaku pengembang PIK (Pantai Indah Kapuk), kini sedang dibangun PIK2.
PIK sendiri merupakan hunian idaman dan menjadi maskot, sekaligus pusat bisnis terkemuka di ibukota. PIK mampu mendapat legacy pemerintah dan menjadi PSN.
Ikhwal itulah yang membelalakkan mata publik pada sosok Aguan. Apalagi belum lama ini, viral video yang menarasikan Sekretaris Kabinet Mayor Tedi Indra Wijaya memberikan hormat kepada pengusaha Sugianto Kusuma atau Aguan.
Sekuat itukah hegemoni taipan yang konon jadi pengusaha property nomor ampuh di negeri ini?. Untuk menjawab pertanyaan itu mari kita merunut rekam jejaknya.
Lahir di Palembang pada 9 Januari 1951, Sugianto Kusuma atau Aguan dikenal sebagai pemilik perusahaan pengembang properti terbesar di Indonesia bernama Agung Sedayu Group (ASG).
Menikah dengan Rebecca Halim, keduanya dikaruniai empat orang anak yang bernama Richard Halim Kusuma, Lareina Halim Kusuma, Luvena Katherine Halim dan Alexander H. Kusuma.
Aguan memulai kariernya dengan mendirikan perusahaan kontraktor rumah pertokoan yang bernama Agung Sedayu Group pada 1971. Dalam 10 tahun pertama, ASG tumbuh dengan pesat dan memperluas jangkauan pelanggan menjalin lebih banyak kemitraan bisnis.
Hingga pada 1991, ASG berhasil menjadi salah satu perusahaan properti terkemuka di Indonesia melalui keberhasilan membangun Harco Mangga Dua, mal elektronik terintegrasi pertama di Tanah Air.
Keberhasilan tersebut disusul dengan proyek-proyek besar lainnya, termasuk pengembangan kawasan residensial dan komersial skala besar, seperti Taman Palem seluas 200 hektare serta sejumlah apartemen gedung tinggi.
Perusahaan properti itu juga menggarap proyek pusat perbelanjaan terkemuka. Diantaranya adalah Ashta District 8, Mall of Indonesia, PIK Avenue, dan Grand Galaxy Park.
Tak hanya itu, Aguan juga tergabung ke emiten kaleng dan kemasan PT Pratama Abadi Nusa Tbk yang kemudian bertransformasi menjadi Pantai Indah Kapuk Dua (PIK 2). Meski demikian, Aguan tercatat memiliki sederet rekam jejak yang buruk. Ia terlibat suap dan kasus pembangunan ilegal di Indonesia.
Seperti yang terjadi di tahun 2016 silam, KPK menangkap jaringan suap di balik pembahasan aturan reklamasi pada April 2016.
Dalam skandal itu Aguan terlibat dalam kasus yang meringkus Sunny Tanuwidjaja. Lagi, tahun 2017 heboh reklamasi mencuat Aguan turun tangan dengan meminta Richard Halim (anaknya) untuk melobi Anies Baswedan.
Lepas urusan reklamasi, 2019 ada sengketa tanah terkait proyek Distrik 8 di Kebayoran, 2023 namanya (Aguan) tersangkut proyek Pembangunan Swissotel Nusantara di IKN.
Teranyar tak kalah hebohnya adalah pagar laut misterius sepanjang 30 KM lebih di peraiaran Tangerang.
Ya, itulah potret Aguan. Apakah dia luput dari carut-marut pagar laut, atau akhirnya tersangkut?. Drama ini (pagar laut) sendiri kini semakin samar, menyasar aktor-aktor figuran yang sekadar pelaksana kecil di lapangan.
Seperti Kades Kohod Arsin bin Sanip dia juga sekadar kacung (orang suruhan). Nasib Arsin kini sudah di ujung tanduk, tapi Aguan bukanlah Arsin. Apa yang akan terjadi, mari kita ikut drama ini sampai tuntas. (bersambung)
- Sinergi Jaga Dana Desa, Kejari Banjarnegara Gandeng Pemda dan Pemdes
- Polisi Didesak Proses Dugaan Aksi Premanisme di Desa Sawangan
- Kades di Purworejo Polisikan Warganya