Teknologi Kegempaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta mengimbau kepada masyarakat dan pemerintah agar mengantisipasi gangguan abu vulkanik Gunung Merapi.
- Sosok Mangkunegara IX Dikenal Peduli Perkembangan Budaya
- DPRD Kota Semarang Minta Ada Evaluasi dan Audit Semua Operator BRT Trans Semarang
- Polsek Comal Kawal Penyaluran 81 BPNT di Desa Tumbal Pemalang
Baca Juga
Sebenarnya, menurut Sulistiani SSi MSi, dari BPPTKG Yogyakarta, abu vulkanik tidak membahayakan jiwa manuasia secara langsung. Tapi cukup berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.
"Penduduk yang terkena hujan abu tidak serta merta harus mengungsi," kata dia, yang juga Ketua Tim Merapi, Rabu (23/03/2023).
Hal itu juga yang disampaikan dalam sosialisasi dan Forum Grup Discussion "Menyikapi Kondisi Merapi Terkini” di Balai Desa Dukun, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang.
Urusan mitigasi bencana, masih kata Sulistiani, bukan hanya menjadi tugas pemerintah saja. Akan tetapi memang perlu campur tangan bersama.
Dia juga menjelaskan kondisi terkini Gunung Merapi, skenario serta dampak yang akan terjadi apabila terjadi erupsi khususnya di Kecamatan Dukun.
Mitigasi bencana Merapi, tidak terbatas pada daerah potensi bahaya saat ini, dusun-dusun di KRB III di sektor barat-barat laut (termasuk wilayah Kecamatan Dukun) diimbau melakukan penguatan kapasitas menghadapi bencana Merapi.
"Baik itu persiapan sarana-prasarana, pelatihan kesiapsiagaan dan simulasi-simulasi," pintanya, di depan peserta sosialisasi.
Acara itu diinisiasi Pemerintah Desa Dukun bersama CV Barokah Merapi. Forum Grup Discussion (FGD) mengulas beberapa point penting terkait upaya penguatan kapasitas menghadapi bencana Merapi.
Peserta FGD antara lain, BPBD Kabupaten Magelang, Kantor SAR Semarang, Forkompincam Dukun, Kepala Desa dan Ketua LPBD se-Kecamatan Dukun, Kepala Sekolah se-Desa Dukun, Komunitas Relawan, serta perwakilan Lembaga dan Masyarakat Desa Dukun
Kades Tanto Heryanto mengatakan, Kecamatan Dukun menjadi Kawasan Rawan Bencana. Masyarakat di sini otomatis tidak mungkin berpikir bebas dari bencana (free from disaster). Paradigma yang harus dibangun adalah “hidup harmoni bersama bencana (living harmony with disaster)”.
“Pelajaran penting yang bisa dipetik adalah tidak ada masyarakat yang tangguh bencana, tanpa adanya kesulitan yang dihadapi. Dengan kata lain bencana akan menjadikan masyarakat semakin tangguh. Maka, persoalannya bukan pada dimana kita tinggal, tetapi sejauh mana pengetahuan kita bisa memahami tentang mitigasi bencana,” jelasnya.
- PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Lakukan CSR Sasar Warga Rentan
- Bea Cukai Surakarta Kembali Fasilitasi Hibah 200 Tabung Oksigen Dari Singapura
- Tour de Borobudur 2021 Seri 3, Peserta Ditantang Jalur Basah Hingga Tanjakan Ekstrem