BRT Jadi Kendaraan Wisata

Bus Rapid Transit (BRT) Trans Jateng Koridor I yang diluncurkan pada Agustus kemarin, menjadi moda transportasi wisata bagi masyarakat Purbalingga dan sekitarnya. Mereka naik BRT hanya ingin merasakan sensasi kenyamanan sekaligus menyuguhkan kesejukan, kebersihan serta tarif yang mudah terjangkau.


Kepala Dinas Perhubungan Purbalingga, Imam Wahyudi saat melakukan sidak BRT, mengatakan setiap hari Minggu terjadi lonjakan penumpang BRT. Kalau Minggu biasanya keluarga, ramai-ramai naik BRT dari Terminal Bukateja ke Terminal Bulu Pitu.

Untuk meningkatkan kenyamanan BRT kita juga terus melakukan evaluasi seperti halte BRT yang terlalu tinggi dikarena menumpang di trotoar, halte yang terlalu jauh serta rambu-rambu yang perlu ditambahkan. Kemudian terkaitb dengan penambahan rute juga perlu dibicarakan dengan pihak Dinhub agar kejadian yang tidak diinginkan terjadi," ujar Imam Wahyudi, Senin (10/9).

Pada tahun 2018, menurut Imam, Pemkab Purbalingga juga akan menambah 2 buah halte yang rencananya akan ditempatkan di sekitar Taman Usman Janathin. Hal itu dilakukan atas usul ketua OSIS SMA N 1 Purbalingga, sehingga jika siswa-siswa SMA 1  jika mau naik BRT tidak terlalu jauh. Halte akan ditempatkan dari arah Bukateja ke Purwokerto.

Sampai saat ini ada 14 armada BRT yang melayani, dengan pengelola dari Koperasi angkutan kota (Kopata) Purbalingga yang membentuk konsorsium dengan Kopata Purwokerto," ujarnya.

Salah seorang pramujasa BRT, Syaifullah Ibnu Fadh mengatakan, setiap harinya pendapatan tiket sebesar Rp 6 juta dan jika hari Minggu meningkat menjadi Rp 16 juta. Menurut Ibnu, masyarakat sangat antusias dengan keberadaan BRT sebagai moda transportasi yang nyaman, aman dan mudah terjangkau dikalangan masyarakat biasa.

Untuk harga tiket masyarakat umum sebesar Rp 4 ribu, pelajar dan karyawan sebesar Rp 2 ribu. Untuk pelajar harus memakai seragam rapi dan untuk karyawan harus menunjukan ID cardnya sebagai karyawan," katanya.

Sedangkan salah satu penumpang BRT Dita (22 th) mengatakan masih perlu pembenahan-pembenahan yakni terkait dengan kebersihan dan pelayanan pramujasa harus ditingkatkan terutama kepada anak-anak, perempuan dan lansia. Dalam mengendarai BRT Sopir juga tidak boleh ugal-ugalan, dikarenakan ada penumpang yang berdiri, sehingga tidak terombang-ambing.

Belum adanya papan informasi terkait halte-halte yang disinggahi sehingga tidak harus bertanya setiap saat kepada pramujasa jika harus berhenti disuatu tempat," ujarnya.