Sejumlah petani tadah hujan di Grobogan merugi. Hal itu disebabkan kondisi cuaca yang tak menentu.
- Hadapi Badai PHK, Disnaker Jateng Berbenah Demi Investasi
- BCA Berkomitmen Menjaga Data Nasabah Lindungi dari Kejahatan Perbankan
- Semen Gresik Gunakan Limbah Jagung sebagai Bahan Bakar Alternatif Ramah Lingkungan
Baca Juga
Beberapa daerah yang terimbas diantaranya Kecamatan Pulokulo, Kradenan, dan Tawangharjo.
Ketiga daerah tersebut merupakan lahan tadah hujan, yang mengandalkan hujan sebagai penopang kehidupan tanaman.
Salah satu petani asal Pulokulon Sutini (56) ia mengatakan di bulan Desember biasanya banyak curah hujan yang turun. Sehingga sebagian masyarakat berani tanam padi (Gogo).
"Karena tak ada hujan sama sekali kondisi lahan kering dan padi banyak yang mati," ujarnya.
Menurutnya, tanaman selain padi saat ini masih bisa bertahan, hanya padi yang banyak alami puso karena cuaca panas. "Solusinya terpaksa, nunggu hujan untuk kembali tanam," ucapnya.
Hal senada diungkapkan Supiyah (65) petani asal Tawangharjo tersebut hujan terjadi beberapa kali pada masa tanam namun setelahnya jarang sekali terjdi hujan hingga lahan mengering.
"Banyak terdapat rongga di sawah, tanaman kekurangan air, jadi tidak bisa hidup," ujarnya.
Terpisah Kepala Dispertan Grobogan Sunanto mengatakan saat ini pihaknya sedang mandata kekeringan yang terjadi Desember ini.
"Kami sedang melakukan pendataan terhadap kasus kekeringan (saat ini)," ungkapnya.
- Mitsubishi Tawarkan Test Drive XFORCE di GIIAS Semarang
- Berdikari Melalui Kopi Demi Menghimpun Pundi
- Direksi Pertamina Patra Niaga Pantau Distribusi BBM Arus Balik Mudik di Jalur Pansela