Dampak Parah Sedimentasi Waduk Mrica Banjarnegara: Kegiatan PLTA Mrica Terancam Cepat Berakhir

Bupati Banjarnegara Dr Amalia Desiana, Berfoto Bersama Imam Prasojo, Dandim Banjarnegara Dan Senior Manager PT PLN Indonesia Power Mrica, Nazrul Very Andhi, Dengan Membawa Bibit Tanaman Sebagai Simbol Semangat Konservasi Alam, Selasa (18/03). Dokumentasi Relawan Konservasi SDA Banjarnegara
Bupati Banjarnegara Dr Amalia Desiana, Berfoto Bersama Imam Prasojo, Dandim Banjarnegara Dan Senior Manager PT PLN Indonesia Power Mrica, Nazrul Very Andhi, Dengan Membawa Bibit Tanaman Sebagai Simbol Semangat Konservasi Alam, Selasa (18/03). Dokumentasi Relawan Konservasi SDA Banjarnegara

Banjarnegara - Sedimentasi yang terjadi di Waduk Mrica Banjarnegara saat ini semakin kritis dan mengancam keberlanjutan PLTA Mrica Bawang. Imam Prasojo, seorang akademisi Universitas Indonesia (UI) yang juga aktivis lingkungan, menyampaikan hal ini saat bertemu Bupati Banjarnegara, dr Amalia Desiana di Rumah Dinas Bupati Banjarnegara, Selasa (18/03).

Imam Prasojo sudah berkoordinasi dengan 5 kabupaten untuk bersama-sama menjaga keberlangsungan Waduk Mrica. Ia bersama tim juga telah melakukan pertemuan dan diskusi dengan para bupati dan telah menyepakati untuk segera melaporkan masalah ini ke Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto.

Menurut Imam, tim dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Republik Indonesia bersama timnya mengobservasi tentang situasi kritis yang ada di Bendungan Mrica.

Salah satu penyebab situasi kritis adalah proses sedimentasi atau pelumpuran yang terjadi secara besar-besaran akibat erosi di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Serayu, terutama di daerah hulu sungai di wilayah Dataran Tinggi Dieng, Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Banjarnegara.

Di wilayah tersebut, erosi terus menerus terjadi sebagai akibat praktik pertanian yang tidak mempertimbangkan konservasi lingkungan seperti:

  1. penggunaan lereng-lereng bukit yang memiliki kemiringan tinggi,
  2. penggunaan sistem tanam tegak lurus garis kontur,
  3. pemberantasan hama menggunakan pestisida secara berlebihan, 
  4. banyaknya penyiraman tanaman menggunakan air bor dan air telaga.

"Selain itu, kerusakan lingkungan menjadi semakin parah ketika banyak bagian hutan yang harusnya dilestarikan ditebang untuk dijadikan lahan pertanian terutama tanaman kentang dan sayur-mayur. Akibat kondisi ini, kini lahan perbukitan mengalami kondisi kritis," katanya. Dampak lebih jauh akibat erosi ini adalah terjadinya pendangkalan serius pada Waduk Mrica yang merupakan obyek vital.

Masih menurut Imam Prasojo, kajian PT Indonesia Power menyebutkan bahwa tingkat sendimentasi yang pada awal pengoperasian waduk ini diperkirakan hanya 2,4 juta m³ per tahun sehingga waduk diharapkan dapat beroperasi selama 60 tahun, hingga tahun 2049.

Sejak beberapa tahun terakhir ini, volume sendimentasi tiap tahun cenderung meningkat, yakni berturut-turut 4,4 juta m³ (2016), 4,06 juta m³ (2017), 2,2 juta m³ (2018), 2,9 juta m³ (2019), 2,7 juta m³ (2020) dan 6,6 juta m³ (2021). Untuk mengurangi besarnya endapan sendimen pada waduk, PT Indonesia Power secara rutin melakukan penggelontoran lumpur (flushing).

Menurut studi Fitcher (2014), bila flushing dilakukan sebagaimana biasa berdasarkan SOP selama ini (tanpa adanya tambahan volume pembuangan sedimen), kapasitas reservoir diperkirakan akan habis ditahu 2025. 

Artinya, fungsi PLTA tak lama lagi berakhir, atau setidaknya tak dapat berfungsi normal. Oleh karena itu, upaya pengurangan sendimen harus dilakukan bila umur reservoir ingin difungsikan hingga 2049.

Sayangnya sebelum upaya penanganan ekstra dilakukan, tahun 2024 terjadi musibah diakibatkan longsornya endapan di area waduk saat flushing dilakukan pada pada 31 Maret 2022 dan tanggal 6 April 2022.  Pada saat itu, flushing terpaksa dilakukan dalam volume lebih besar dari biasanya untuk mencegah tertutupnya mesin pembangkit listrik oleh lumpur.

Imam juga berkoordinasi dengan berbagi pihak untuk memanfaatkan limbah sedimentasi Waduk Mrica menjadi berbagai produk yang berguna dan bermanfaat secara ekonomi. Salah satu yang akan memanfaatkannya para pengrajin batu bata di  Desa Panggisari, Kecamatan Mandiraja.

Diharapkan akana ada kerjasama saling menguntungkan antara Indonesia Power UBP Mrica dengan para pengrajin atau produsen batu bata merah.

"Namun, kami juga butuh bantuan dari Bupati Banjarnegara agar batu bata hasil dari sedimentasi bisa di pakai untuk bangunan di Banjarnegara seperti untuk RTLH dan juga bangunan fisik lainnya," lanjut Imam.

Bupati Banjarnegara dr. Amalia Desiana menyambut baik masukan dan dukungan dari Imam Prasojo dan para aktivis lingkungan. Ia juga siap mendukung pembuatan batu bata dari hasil sedimentasi Waduk Mrica untuk kegiatan pembangunan fisik di Banjarnegara.

"Kami sedang membangun RTLH di lokasi bencana. Mudah-mudahan batu bata dari sedimentasi ini bisa menjadi solusi untuk pembangunan fisik. Jika perlu, kami akan menginstruksikan penggunaan batu bata produk Mrica untuk proyek-proyek pemerintah," katanya.