Kerusakan jalan-jalan di kawasan lereng Gunung Merapi banyak dikeluhkan masyarakat. Terutama bagi warga yang tinggal di sepanjang tepian jalur yang dilewati truk-truk pengangkut material vulkanik gunung berapi aktif tersebut.
- Himpaudi Pituruh Gelar Aksi Berbagi Takjil Di Pasar Tradisional
- GP Ansor Grobogan Gelar Konferensi Ke-7, 2 Nama Muncul Sebagai Calon
- Lebaran di Rutan Banjarnegara, Bertemunya Air Mata dan Harapan dari Balik Jeruji
Baca Juga
Di antaranya jalan yang menghubungkan Krakitan di wilayah Kecamatan Salam hingga Desa Jerukagung di Kecamatan Srumbung. Jalur ini seakan tiada henti dari deru mesin ratusan truk pengangkut batu dan pasir Merapi.
Seperti pemandangan yang terpantau di siang itu. Beberapa truk bermuatan pasir jalan beriringan dan diikuti debu putih kecokelatan beterbangan ke udara.
Tak jarang, truk berjalan zig-zag karena menghindari lubang menganga dengan kedalaman dan diameter bervariasi yang bertebaran di sepanjang jalan. Praktis, hal itu bisa membahayakan kendaraan yang berpapasan atau kendaraan lain yang melaju di belakangnya.
Menurut Tolkah Mansur, seorang tokoh masyarakat setempat, jalan yang rusak parah itu terlihat sejak lima tahun lalu atau sebelum masa pandemi melanda. Kerusakan kian bertambah akibat terus menerus dilalui armada pengangkut material yang diduga ODOL (over dimensi dan over load).
"Kerusakan itu sampai sekarang belum pernah dilakukan perbaikan. Kenyataan itu menjadi pemandangan sehari hari dan mengundang keprihatinan warga masyarakat," katanya, Rabu (13/09).
Sebenarnya, menurut Tolkah Mansur, jalan itu bukan jalan penambangan. Masyarakat sudah mengirim surat kepada Bupati Magelang dan dinas instansi terkait.
"Masyarakat menuntut kerusakan jalan itu segera diperbaiki, untuk mencegah timbulnya berbagai dampak merugikan masyarakat luas. Bahkan, kalau perlu jalan ditutup untuk armada angkutan material vulkanik Merapi," ujarnya.
Dari aspek kesehatan, bisa menimbulkan gangguan pernafasan atau inspeksi saluran pernafasan atas (ISPA). Atau mengganggu laju ambulance pengantar ibu hamil yang akan menjalani persalinan di rumah sakit.
Termasuk menghambat arus kendaraan pegawai yang berangkat ke kantor atau pelajar yang ke sekolah. Atau armada pengangkut hasil pertanian.
Camat Salam, Wiharyanto, mengatakan, aspirasi masyarakat dimaksud sangat wajar. Dalam artian, sesuai kenyataan di lapangan. "Apa yang dikeluhkan warga masyarakat sangat wajar karena fakta di lapangan memang seperti itu," katanya.
- Bupati Batang: Arus Mudik Masih Kondusif, Pos Kesehatan Butuh Pendingin Ruangan
- Jemput Bola, Pemkot Semarang Lakukan Vaksinasi Keliling
- Kirab Merah Putih Ramaikan Peringatan Maulid Nabi di Kota Pekalongan