Fenomena embun es atau bun upas di Dataran Tinggi Dieng, belum berdampak signifikan ke areal tanaman kentang. Embun upas pada beberapa hari ini masih terlihat tipis dan hilang saat matahari panas.
- Wali Kota Salatiga Ajak Pramuka Jadi Agen Prokes Covid-19
- Banjir Celong, Bupati Batang Minta KITB Segera Koordinasi dengan PT KAI
- Wali Kota Semarang Minta DPU Percepat Normalisasi dan Pembersihan Beberapa Sungai Tangani Banjir
Baca Juga
Kepala Bidang Hortikultura pada Dinas Pertanian, Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banjarnegara, Erwin Indriatmoko, SP mengungkapkan, sampai sejauh ini berdasar pemantauan petugas penyuluh lapangan di wilayah Dieng, belum ada lahan kentang yang terkena dampak embun upas.
"Selama satu minggu sejak adanya embun upas, belum ada lahan kentang petani yang dilaporkan rusak," kata Erwin kepada RMOLJateng, Senin (3/8).
Dikatakan Erwin, embun es masih tipis, belum mencapai puncaknya. Biasanya pada pertengahan musim kemarau sekitar bulan Agustus akhir hingga September.
"Mudah-mudahan tahun ini tidak terjadi fenomena embun es yang tebal sehingga lahan tanaman kentang tidak puso," ujarnya.
Erwin menambahkan, tahun 2019 lalu embun upas merusakan areal tanaman kentang seluas 6 hektar di Dieng. Tanaman yang rusak rata-rata yang berumur kurang dari satu bulan. Kerugian saat itu sekitar Rp 170 juta.
"Untuk mengatasi embun upas, petani melakukan berbagai cara seperti penyiraman dengan air, membuat naungan untuk tanaman dengan paranet, dahan bambu Gendani atau naungan dengan rumput alang-alang," tambahnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, fenomena embun es mulai muncul dalam satu pekan terakhir ini. Embun es muncul saat suhu di Dataran Tinggi Dieng berkisar 9 derajat hingga 5 derajat celcius.
Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara juga memantau terus memantau fenomena embun upas atau embun beku yang muncul di Kawasan Wisata Dataran Tinggi Dieng.
"Kami terus memantaunya guna melakukan observasi dan penyebarluasan informasi kepada para pemangku kebijakan," kata kepala Stasiun Geofisika BMKG Banjarnegara Setyoajie.
Setyoajie mengungkapkan, fenomena embun upas memiliki kemungkinan kembali muncul mengingat puncak musim kemarau di wilayah ini diperkirakan berlangsung pada bulan Agustus.
Saat musim kemarau, Dataran Tinggi Dieng memiliki kelembaban udara yang tinggi, berbeda dari daerah lainnya di Jawa Tengah.
"Tingginya kelembaban udara tersebut akibat kompleksitas pegunungan dan tutupan lahan. Pola kelembaban udara harian di Dieng dapat menjadi jenuh atau terkondensasi menjelang pagi hari Pada saat inilah embun upas atau embun beku terbentuk," katanya.
- PLN Purwodadi Minta Masyarakat Tak Main Layang-layang di Dekat Jaringan Listrik
- Proyek Mangkrak Gedung Pertemuan Budi Sasono Sukoharjo Bakal Lanjut
- Dukung Pemulihan Pertanian Terdampak Banjir, Bupati Demak Serahkan Bantuan Rp10 Miliar